Kayla memantul-mantulkan bola berwarna oranye dengan tidak minat. Pandangan Kayla kosong, ekspresi Kayla juga terlihat murung. Melihat hal itu, Voni dan Madu yang tadinya sedang asyik bermain basket dengan teman-teman lain, kini menghampiri Kayla yang berdiri di samping tiang basket.
Voni menepuk bahu Kayla. "Woy, diem aja lo. Nahan boker ya?"
Madu tertawa kecil. "Daripada lo tahan, mending ke toilet yuk gue temenin"
Kayla mendecakkan lidahnya. "Paan sih lo pada"
"Waduh, santai bos" Voni merangkul bahu Kayla. "Ada masalah ya?"
Madu mengangguk. "Dari pas lo menunjukkan batang hidung lo didepan gue sama Voni, muka lo tuh murung terus. Kenapa sih, Kay?"
"Oh gue tau" Voni menjentikkan jarinya didepan wajah Kayla. "Yang bisa bikin Kayla murung begini mah, siapa lagi kalo bukan Mark?"
"Kenapa, Kay? Cerita sini sama kita" tawar Madu.
Mendengar kedua sahabatnya yang begitu cerewet, Kayla menghela nafasnya. "Iya, lagi ada masalah sama dia"
"Masalah apa?"
Kayla berhenti memantulkan bola basket, lalu bola itu dia lemparkan asal. Kalau Kayla cerita bagaimana perkataan Mark kemarin, Voni dan Madu pasti akan marah besar dan melabrak Mark. Meskipun mereka idiot, tapi Kayla tau betul mereka tidak akan diam saja jika ada yang menyakitinya. Lebih baik Kayla tidak memberitahu yang sebenarnya pada Voni dan Madu. Kayla takut Mark dimarahi oleh kedua sahabatnya ini.
"Gak apa-apa"
Voni menoyor kening Kayla dengan gemas. "Sok kecewek-an lo! Pake 'gak apa-apa' segala"
Madu memajukan bibirnya. "Lo gak mau cerita? Lo gak percaya lagi nih sama gue dan Voni?"
"Bukan gitu..." Kayla mengibaskan tangannya. "Ini cuma masalah kecil kok, gak penting-penting amat"
"Dusta, najis" cibir Voni. "Lo gak mau cerita karena lo takut dedek gemes lo itu di labrak kan sama kita? Ngaku lo, curut"
Kayla menganga. Bagaimana Voni bisa tau?
"Tuh, diliat dari komoknya, kayaknya dugaan lo bener deh, Von" ucap Madu.
"Emang kalo gue liat-liat tuh cowok gak serius deh sama lo, Kay. Mending putus aja"
Kayla menggeleng tak setuju dengan perkataan Voni. "Nggak, dia baik kok"
"Baik gimana? Orang waktu kita ikut lo ke kelas, si Mark kayak gak suka gitu ngeliat lo. Heran gue, kalo dia gak suka dideketin lo, kenapa malah jadiin lo pacarnya?"
Voni mengangguk. "Bener tuh Madu. Gue juga liat. Nih, mending lo sama si Nana aja deh. Kayaknya dia naksir sama lo"
Kayla mengangkat sebelah alisnya. "Dih, masa sih Nana naksir sama gue? Nggak ah, dia tuh emang baik ke semua orang"
"Yee, lo nya aja yang gak peka dan terlalu terpaku sama Mark. Lo gak liat gimana cara dia mandang lo?"
Voni terkekeh. "Tumben Madu hari ini bener"
"He-eh, kayaknya sarapan gue bagus hari ini" Madu tertawa. "Udah deh, Kay. Lo jangan murung terus kali. Lo kan punya kita, sahabat lo. Kita bakal selalu ada buat lo. Oh, apa pulang sekolah kita hangout aja yuk?"
Mata Kayla berbinar. "Waahh, ayok!"
"Nah, gitu dong semangat. Mau kemana nih kita?" tanya Voni.
Madu mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya di dahi. "Di Cafe punya Bundanya Kayla aja, hehe"
Kayla menoyor kening Madu. "Yee, maunya gratisan mulu lo mah"
KAMU SEDANG MEMBACA
Younger // Mark Lee
FanfictionBagaimana rasanya, jika orang yang kalian sayangi menyatakan cintanya kepada kalian? Menyenangkan, bukan? Namun bagaimana jika itu hanyalah sebuah taruhan konyol? . . . . . 13-03-2018