10

38 7 0
                                    

...........

Jaemin terkekeh. "Bukan apa-apa, Cha. Ini cuma urusan sekolah"

Mark mengangguk setuju. "Yoi"

"Makanan sudah siap!!"

Kayla datang membawa empat piring berisikan spaghetti bolognaise. Kayla sendiri yang membuat spaghetti ini. Memang spaghetti instan, namun sausnya Kayla yang membuat sendiri berkat berguru dengan Bundanya. Bunda sudah merasakan masakan ini tadi, dan kata Bunda spaghetti-nya enak. Semoga saja Mark, Jaemin dan Cacha menyukainya. Dan semoga saja Mark tidak menolak makanan yang dibuat Kayla lagi. Kayla jadi semangat setelah kedua sahabatnya menyemangati Kayla untuk tidak menyerah dan harus selalu mencoba.

Kayla tahu dari Bundanya bahwa Mama Mark adalah wanita karir, dan Ayahnya....ah, Kayla tidak berani menyinggungnya. Maka dari itu Kayla mengunjungi rumah Mark dan membawakannya makanan, karena Mamanya Mark telah berpesan pada Bunda Kayla untuk memasakkan makanan untuk Mark dan Cacha. Kayla sangat berharap masakannya enak, agar Mark dan Cacha mau makan. Kalau tidak, Bunda pasti harus repot memasak lagi untuk Mark dan Cacha.

Kayla memberikan sepiring spagetthi untuk Mark. Dan tanpa Kayla duga, Mark menerimanya tanpa gerutuan atau umpatan apapun. Mungkin karena Mark sudah cukup lapar, sehingga dia tidak ada pilihan lain selain memakan makanan yang Kayla berikan.

"Ayoo semuanya, makan makan!" ucap Kayla karena Mark, Jaemin dan Cacha belum juga menyentuh makanan yang dibuatnya.

Kayla menatap Mark, laki-laki itu terlihat sedikit ragu untuk memakan makanan Kayla. Tetapi tak lama kemudian Mark menyuapkan spaghetti itu pada mulutnya. Mark sempat berhenti mengunyah, entah karena apa.

"Makanannya gak enak, Mark?" tanya Kayla dengan jantung yang berdegup tak karuan. Takut masakannya tidak enak.

Mark menggelengkan kepalanya. "Enak kok."

Kayla tersenyum. Syukurlah, Mark menyukainya. "Mark sama Cacha abisin makanannya ya. Kalau kalian mau, aku bisa minta Bunda masak lagi untuk kalian. Jangan sungkan"

Mark dan Cacha mengangguk.

"Bunda lo jago masak, Kak?" tanya Jaemin setelah meneguk minumnya.

Kayla mengangguk. "Iya, Nana mau main ke Cafe depan?"

Jaemin terlihat terkejut. "Jangan bilang... itu Cafe punya lo?"

Kayla terkekeh. "Yaps, lebih tepatnya itu Cafe Bunda gue. Mau kesana?"

Jaemin mengangguk antusias. "Mau"

"Gue ikut"

Semuanya menoleh ke arah sumber suara. Kayla, Jaemin, dan Cacha menatap Mark dengan bingung. Sejak kapan Mark tertarik untuk berada di dekat Kayla?

Mengerti akan tatapan mereka, Mark berdehem. "Gue cuma mau nyobain Mocachinno latte andalan Cafe Tante Dinda"

Nama Bundanya Kayla adalah Dinda Ariani.

Kayla tersenyum. "Oke. Oh iya, jangan panggil 'Kak' lah, panggil Kayla aja. Kita kan cuma beda setahun"

"Kalau Cacha gimana?" tanya Cacha dengan wajah polos.

"Cacha tetep panggil 'Kak' lah, hehe"

Cacha mengibaskan tangannya. "Bukan, maksudnya Cacha boleh ikut apa nggak?"

Mark menggelengkan kepalanya. "Gak boleh, siapa yang mau bayarin coba?"

"Perhitungan banget lo jadi Kakak. Tenang aja, Cha. Ada Kak Nana yang bayarin" ucap Jaemin seraya mengusap rambut Cacha.

Younger // Mark Lee Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang