35

78 13 0
                                    

"Kayla, cepetan! Mark udah nyamper nih." Teriak Tante Dinda yang kedua tangannya sibuk menata makanan di meja makan.

"Duh, maaf ya, Mark. Kayla tuh kalo mandi lama banget. Kadang Om juga bingung, dia di kamar mandi tuh beneran mandi atau lanjut tidur." sahut Om Rafi beserta tawa renyahnya yang baru saja duduk di kursi sebelah Mark.

Mark terkekeh. "Dia semedi kali, Om."

Om Rafi tertawa, kali ini lebih kencang dan lama. "Bisa aja kamu ini."

"Mark udah sarapan apa belum dirumah?" Tanya Tante Dinda, ramah seperti biasanya. Kini perempuan yang memiliki senyuman persis dengan senyuman Kayla itu mengambil posisi duduk di sebelah suaminya, Om Rafi.

Mark menggeleng. "Belum, Tante."

"Yaudah, sarapan dulu ya disini?"

"Ehm—"

"Gak usah, Bun."

Semua tatapan kini beralih pada gadis yang rambutnya di kuncir kuda seperti biasa. Kayla mangambil sepatunya di rak dan memakainya.

"Kok gak usah?" Tanya Tante Dinda yang menatap putrinya tersebut dengan raut wajah bingung. "Nanti Mark perutnya lemes lho kalo gak sarapan dulu. Kayla suka aneh deh."

Kayla menyengir lebar. "Tadi pagi kan aku masak. Itu kan buat Dedek gantengku yang satu ini."

"Aduh, manis banget anak Ayah," Om Rafi tersenyum simpul. "Persis kayak Ayahnya."

Tante Dinda memeletkan lidahnya. "Mulai deh membanggakan diri."

Mark tertawa kecil melihat keakraban keluarga lengkap ini.

Keluarga lengkap....

Papa.

Mark jadi teringat dengan Papa.

Puk

Mark menoleh pada seseorang yang baru saja menepuk pundaknya pelan. Dan pandangan Mark langsung dipenuhi dengan wajah cerah milik Kayla.

"Ayo berangkat, nanti telat" ajaknya.

Mark mengangguk.

Kayla mencium tangan Ayah dan Bundanya bergantian. "Kayla berangkat dulu."

Mark ikut mencium tangan orangtua Kayla. "Kita berangkat ya, Om, Tante."

"Hati-hati."

"Jaga Kayla ya. Kalo dia bandel cemplungin aja ke comberan!"

Mark terkekeh mendengar perkataan Om Rafi padanya. "Siap, Om!"

***

Mark duduk di pinggir lapangan. Nafasnya terengah-engah usai olahraga. Permainan sepak bola tadi berlangsung sangat panas dan melelahkan.

"Oy, gue sama Haechan mau ke kantin beli minum. Lo mau ikut?"

Mark menggeleng pada Jaemin. "Gak, Na. Lo sama Haechan aja ya"

"Sip dah." ucap Jaemin yang setelah itu merangkul bahu Haechan dan mengajaknya ke kantin. Meninggalkan Mark sendiri di pinggir lapangan.

Mark menyandarkan tubuhnya pada pohon besar dibelakangnya. Disini sangat teduh. Cocok sekali untuk melepas lelah.

Duk

Mark dengan refleks duduk tegak ketika sesuatu menghantam kakinya dengan keras. Mark menoleh ke sebelah kanannya. Tampak bola besar berwarna oranye berhenti menggelinding.

"Mark! Sorry. Tolong lempar bolanya dong!"

Ucap Nando di seberang sana. Laki-laki itu berseru lagi. "Lo mau ikut main gak?"

Younger // Mark Lee Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang