27

38 9 0
                                    

Kayla membuka matanya perlahan. Dia meringis ketika merasakan sakit di kepalanya. Setelah lama tertidur, ternyata pusing di kepalanya belum juga hilang. Mungkin karena dia tidak mau makan dan minum obat.

Kayla hendak mengangkat tangannya, namun seperti ada sesuatu yang menahannya. Kayla melihat ada tangan lain yang menggenggamnya. Kayla menoleh kesamping, alangkah terkejutnya dia melihat seorang laki-laki dengan mata terpejam.

Kayla berusaha mengeluarkan suara beratnya. "Mark...?"

Mark, laki-laki yang tertidur di samping ranjang Kayla itu tidak terbangun. Kayla tersenyum, wajah Mark sangat damai ketika tertidur. Berbeda dengan pribadinya yang ketus dan cuek. Kayla mengusap rambut halus Mark untuk membangunkannya, dan ternyata berhasil, Mark langsung menegakkan tubuhnya.

Kayla terkekeh melihat Mark yang sedang mengucek-ngucek matanya. Dia terlihat sangat lucu dan menggemaskan.

"Eh...lo udah bangun?" Kata Mark yang sudah memiliki kesadarannya.

Kayla mengangguk. "Iya. Lo sejak kapan disitu?"

"Sejak pulang sekolah," jawabnya. "Lo kok gak bilang kalo lo sakit? Gue cariin lo disekolah. Gue kira lo marah."

Kayla menyernyitkan dahinya. "Marah? Kenapa marah?"

"Ya gara-gara gue gak nganter lo pulang. Hape gue mati, Kay. Batrenya abis. Lagian gue juga nganter Mona pulang."

"Nganter Mona pulang?"

Mark mengangguk. "Gue disekolah sampe jam 1. Gue nungguin lo pulang, Kay"

"Terus?"

"Dan waktu itu, gue ngeliat Mona jatuh gara-gara kecerobohan dia sendiri. Katanya kakinya gak bisa gerak, dia gak bisa bawa mobilnya. Jadi dia minta tolong gue buat anterin dia pulang"

"Terus?"

Mark mendecakkan lidahnya. "Terus terus mulu"

"Ya terus," Kayla terkekeh. "Abis itu apa lagi?"

"Yaudah abis itu gue pulang. Gue baru nge-charger hape malemnya. Pas gue cek, ternyata lo hubungin gue berkali-kali. Lo juga kirim sms 'kan? Gue udah bales."

Mark mengambil ponsel Kayla di nakas dan membuka pesan dari Mark yang belum dibukanya. "Nih, gue udah bales. Tapi abis itu lo gak bales-bales. Gue kira lo marah."

Kayla tertawa kecil. Dia mencubit pipi Mark seperti biasanya. "Gue gak marah kok, dede gemesku."

Mark menatap Kayla. Hatinya terasa aneh ketika melihat senyuman Kayla lagi. Kenapa gadis ini begitu baik? Bahkan dia sakit seperti ini juga gara-gara Mark. Kenapa Kayla masih bisa tersenyum seperti itu bahkan ketika dia sedang sakit?

Mark meraih satu tangan Kayla dan meletakkan telapak tangan Kayla itu pada pipinya. Matanya terpejam, merasakan kehangatan dari tangan Kayla.

Kayla hanya menatap Mark dengan wajah bingung. Namun hatinya terasa hangat diperlakukan seperti itu. Sederhana memang, tapi cukup membuatnya terbang sampai langit ke tujuh.

"Gue gak sekolah tadi, gak bawain bekal makanan buat lo. Tapi lo udah makan kan sama Nana dan Echan?" Tanya Kayla, mengingat begitu susahnya Mark disuruh makan disekolah. Mark baru akan makan ketika Kayla membawakannya bekal makanan. Itu juga terkadang harus dipaksa dulu.

Mark menggeleng, matanya masih terpejam. "Belum"

Kayla melebarkan matanya. Tangannya yang sedang berada di pipi Mark bergerak mencubitnya hingga laki-laki itu mengaduh kesakitan.

"Kay, apa sih, sakit tau." ucapnya sambil mengusap bagian pipinya yang dicubit oleh Kayla.

"Lagian, gue kan udah bilang, kalau gue gak bikinin makanan buat lo, lo harus tetep makan. Kantin sekolah kita itu makanannya enak-enak, 'kan?"

Younger // Mark Lee Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang