11 - Makan Bareng

43 7 0
                                    

Laki-laki itu masih melakukan aktivitasnya, yaitu mencatat tulisan-tulisan di papan tulis meskipun bel istirahat telah berbunyi. Pantang baginya mengerjakan sesuatu dengan setengah-setengah.

"Woy, lo gak mau jajan apa gimana? Gue sama Nana duluan lah ke kantin. Lama lo" ucap Haechan yang menatapnya kesal. Sudah lewat 15 menit namun Mark masih sibuk mencatat, padahal perut Haechan sudah berkali-kali mengeluarkan suara, pertanda bahwa dia sangat lapar.

Jaemin terkekeh. "Yaelah, lo kayak gak tau Mark aja. Dia mana mau nunda-nunda tugasnya"

Mark mencebikkan bibirnya. "Bawel lo berdua. Sana jajan, nanti gue nyusul ke kantin abis nyatet ini. Lagian Bu Sifa ngasih catetan banyak banget anjir" umpat Mark, tidak lupa menyebutkan nama guru Sejarahnya.

"Yaudah, gue sama Echan jajan duluan ya. Echan kan rese kalo lagi laper"

Haechan mendengus. "Sialan lo, Na."

"Tuhkan galak"

"Udeh ayok lah!" ucap Haechan tak sabaran sambil menarik tangan Jaemin.

Mark menggelengkan kepalanya. Benar kata Jaemin, Haechan selalu rese ketika lapar. Mark kembali mencatat, sedikit lagi dia akan menyelesaikan catatannya.

"Dede, lagi sibuk ya?"

Mark menengadahkan kepalanya. Hatinya mengumpat ketika melihat siapa yang datang. Tetapi Mark tidak boleh terlihat kesal.

"Iya, kenapa?" ucap Mark berusaha mengatur suaranya se-santai mungkin seraya melanjutkan kegiatan mencatatnya.

"Gue bawain ayam crispy plus nasi buat lo. Mau ya? Please..."

Mark menepuk bangku disebelahnya yang sedang kosong, karena penghuninya yang bernama lengkap Na Jaemin sedang ke kantin.
"Duduk" kata Mark tanpa mengalihkan matanya dari buku di hadapannya.

Astaga. Benarkah itu? Kayla tidak mimpi, kan? Mark menyuruhnya untuk duduk disebelahnya? Biasanya Mark akan mengusirnya dengan sadis. 

Oksigen mana oksigen?!

Kayla segera duduk di sebelah Mark. Gadis itu memperhatikan kegiatan yang dilakukan Mark sambil bertopang dagu. Ternyata Mark sedang mencatat tulisan di papan tulis. Rajin sekali Mark, berbeda dengan Kayla yang lebih memilih untuk memfoto tulisan di papan tulis daripada mencatatnya pada buku tulisnya. Bukan hanya Kayla saja, kok. Banyak juga teman-temannya yang seperti itu.

"Mark masih sibuk? Apa mau gue suapin aja nih?" goda Kayla dengan iseng. Siap-siap saja Mark akan memberikannya umpatan-umpatan.

Mark mengangguk. "Boleh"

"Hah?!"

Mark memejamkan matanya ketika mendengar pekikan nyaring dari Kayla. "Iya, boleh. Cepetan, gue laper".

Lumayan juga, kan? Dapet makanan gratis. Mark gak perlu capek-capek mengantri makanan di kantin dan mengeluarkan beberapa uangnya.

Kayla menganggukkan kepalanya. Jantungnya berdegup kencang ketika dia menyuapkan makanan buatannya ke mulut Mark. Mark melahapnya, mengunyahnya perlahan. Kayla jadi salah fokus pada bibir Mark. Kayla baru menyadari bahwa Mark memiliki bibir tipis yang terlihat begitu menggoda.

Astaga! Fokus, Kayla, fokus!

Mark membuka mulutnya, mengisyaratkan Kayla untuk menyuapinya lagi.

"Enak gak?" tanya Kayla ketika menyuapi Mark untuk yang kedua kalinya.

"Enak" gumam Mark dengan mulut penuh.

Kayla tersenyum bangga. Ternyata belajar masak dengan Bundanya tidak sia-sia. Kayla senang melihat Mark memakan makanannya dengan lahap.

Mata Kayla tidak pernah terlepas dari wajah Mark. Dari samping saja Mark terlihat begitu tampan. Astaga, apa hanya Kayla yang menyadari ketampanan Mark? Apa tidak ada perempuan lain yang—

Younger // Mark Lee Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang