6 - Dede cuek

69 9 0
                                    

"Kok pindahnya mendadak gini sih, Ma? Katanya lusa kita baru pindah. Kok malah sekarang?" gerutu Mark dengan wajah tertekuk.

Mama, Mark, dan adik perempuannya akan pindah ke rumah mereka yang baru. Mama bilang bahwa mereka akan pindah lusa. Tapi ketika Mark pulang sekolah, Mamanya itu tengah sibuk mengabsen barang-barang yang dipindahkan ke mobil pick up oleh dua orang tukang jasa pindahan. Yang bikin Mark kesel, Mama malah langsung nyuruh bantuin ini-itu, sekarang badan Mark gatel-gatel gara-gara belum mandi. Untung aja, mau mandi atau nggak, Mark tetep aja wangi.

"Kan lebih cepat lebih baik, Mark" jawab Mama yang tengah fokus mengemudikan mobil.

"Lagian adik kamu udah gak sabar pengen punya kamar sendiri" lanjut Mama sambil menunjuk gadis kecil disebelah Mark dengan dagunya.

"Lagian baru masuk SD aja pake pengen kamar baru segala. Kan masih bisa tidur di kamar Kakak" gerutu Mark lagi, kali ini sambil menatap sinis pada gadis kecil yang memiliki wajah mirip dengannya.

"Cacha kan udah gede, Kak. Masa mau tidur sekamar sama Kakak terus. Kak Mark kalo tidur berisik, ngorok mulu" bela adik kecil Mark yang bernama lengkap Marsha Mikhaela itu.

"Marsha and the bear mah banyak maunya" ledek Mark yang disertai kekehan jahilnya. Sebentar lagi Cacha pasti akan sebal. Melihat wajah sebal Cacha adalah favoritnya.

"Mama! Kak Mark nya ledekin Cacha terus!"

"Mark, jangan di jahilin terus adiknya. Nanti dia nangis" ucap Mama dengan lembut. Perempuan yang sudah menginjak usia 40 tahun itu melirik kedua anak kesayangannya dari spion.

"Kakak kamu itu ledekin kamu karena dia sayang sama kamu, dia gemes ngeliat kamu marah"

"Idih, siapa bilang Mark sayang sama Cacha? Cacha mah bandel. Ogah ah" Mark mengedikkan bahunya.

"Tuh kan, Kak Mark ledekin Cacha karena dia gak sayang sama Cacha. Cacha males ah!" Cacha melipat kedua tangannya di depan dada. "Cacha gak mau ngomong ama Kak Mark selama seminggu. Titik."

"Lah, ngambek" Mark terkekeh. Tangannya terjulur untuk merangkul bahu mungil saudara perempuan yang sangat dia sayangi. "Kakak bercanda. Cowok yang paling sayang sama Cacha itu kan Almarhum Papa sama Kak Mark. Inget itu"

Mama tersenyum kecil mendengar kalimat yang dilontarkan putranya. Dia merasa beruntung mempunyai anak laki-laki yang dapat menjadi figur ayah bagi adiknya. Tetapi kemudian pikirannya sedikit terganggu akan bayangan seseorang yang juga dia sayangi di masa lalu. Bagaimana kabarnya sekarang? Apakah dia baik-baik saja?

"Ma, ini kapan nyampenya?" tanya Cacha dengan tidak sabaran.

Mama terkekeh mendengar nada protes dari putri kecilnya. "Kalian terlalu sibuk ngobrol, liat tuh dari kaca, padahal sekarang Mama lagi parkir nih di halaman rumah baru"

Cacha menyembulkan kepala mungilnya untuk melihat dari jendela. Gadis kecil itu memandang rumah baru tingkat dua yang didominasi oleh warna abu-abu dengan takjub. "Mama, rumahnya bagus banget"

Mark menghela nafasnya. Sebetulnya dia tidak ingin pindah dari rumah lamanya, karena disana terdapat banyak kenangan ia dengan Almarhum Ayahnya. Tapi dia tidak boleh egois, adik kesayangannya ini sangat ingin memiliki kamar baru, sedangkan kamar di rumah lama hanya terdapat dua, satu untuk Mama dan satunya lagi untuk Mark dan Cacha. Lagipula mau tinggal dimanapun, Mark bahagia asalkan bisa bersama dengan dua malaikatnya ini.

"Mark kok bengong aja? Yuk turun"

Mark menggelengkan kepalanya pelan. "Gak apa-apa kok, Ma. Mama pasti kerja keras banget ya buat bisa beli rumah ini? Mark gak mau Mama kerja terlalu capek"

Younger // Mark Lee Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang