26

44 10 2
                                    

Mark menghela nafasnya, entah untuk yang ke berapa kali. Kayla sepertinya memang marah dengannya. Gadis itu tidak membalas pesan yang Mark kirim semalam. Biasanya, pagi haripun ponsel Mark sudah dipenuhi dengan spam-an Kayla. Entah ucapan selamat pagi atau permintaan untuk berangkat bersama. Tapi kali ini tidak. Tidak ada satupun pesan dari Kayla. Mark juga mengira gadis itu sudah berangkat duluan tadi pagi. Mark jadi bingung harus berbuat apa. Disepanjang pelajaran pun Mark merasa gelisah.

Mark bingung kenapa dia harus pusing jika Kayla memang marah padanya? Memangnya kenapa? Memangnya apa pengaruhnya untuk Mark?

Tepukan di bahu membuat lamunan Mark buyar begitu saja. Mark menoleh dan mendapati Jaemin sedang menatapnya.

"Lo kenapa? Kok kayak gak fokus gitu dari jam pertama? Sekarang udah ganti pelajaran, tapi lo masih suka bengong juga. Kenapa sih?" Tanya Jaemin dengan suara pelan. Takut guru didepan sana mendengarnya.

Mark menggelengkan kepalanya. "Gak apa-apa"

"Cerita lah"

"Kayla kayaknya marah sama gue, Na. Gara-gara kemaren gak pulang bareng"

"Ah, iya" Jaemin menggeser posisi kursinya lebih dekat lagi dengan Mark. "Kemaren dia LINE gue tuh, nanyain lo udah pulang atau belum. Terus kenapa bisa gak pulang bareng? Katanya lo ada urusan sama Kak Johnny, lo pasti belum pulang 'kan pas Kayla udah selesai sama urusan taekwondonya?"

"Iya, gue belum pulang jam segitu. Tapi kemaren gue ngeliat Mona jatuh. Katanya dia gak bisa jalan dan dia minta tolong anterin pulang. Karena kasian, jadi gue tolongin aja. Hape gue mati, Na. Gue gak tau kalo Kayla ngehubungin gue berkali-kali"

"Terus dia jadi pulang sendirian?"

Mark mengangguk. "Dan kemungkinan dia hujan-hujanan. Pasti sekarang dia marah sama gue"

Jaemin menghela nafasnya. "Kalo Kak Kayla gak kesini pas istirahat, cepet temuin dia di kelasnya, minta maaf."

Mark mengangguk. "Iya. Tapi semoga aja dia gak marah sama gue."

Jaemin menepuk-nepuk punggung Mark. "Semoga ya."

.

Mark melirik arlojinya. Sudah lewat 20 menit waktu istirahat, namun Kayla masih belum datang juga. Biasanya 5 menit setelah bel istirahat Kayla sudah datang ke kelas Mark dengan kotak makan di tangannya, lengkap dengan senyuman yang menghiasi wajahnya.

Jaemin dan Haechan menghampiri Mark. Mereka mungkin sudah selesai makan di kantin. Mark memang menyuruh mereka duluan ke kantin, karena biasanya Kayla akan datang membawakan Mark makanan.

"Kak Kayla belum dateng juga?" Tanya Jaemin dengan alis yang tertaut.

"Sibuk ama taekwondo kali" timpal Haechan setelah menyedot jus jeruknya yang dia beli di kantin tadi.

"Nggak," Mark menggeleng. "Biasanya kalo emang dia gak bisa bawain gue bekal, dia pasti bilang dulu sama gue."

Jaemin mengangguk setuju. "Bener. Coba lo samperin ke kelasnya."

Setelah Jaemin mengatakan hal itu, Mark langsung bangkit dan pergi meninggalkan kelas. Menyisakan Jaemin dan Haechan yang mulutnya menganga.

"Dia kenapa? Kok gelisah gitu? Tumben banget, biasanya Kayla gak kesini juga gak peduli." kata Haechan sambil menduduki kursinya.

Jaemin ikut duduk di kursinya yang  berhadapan dengan Haechan. "Katanya Kayla marah sama dia."

Haechan mendecih. "Biasanya dia sebodo amat."

"Faktor laper kali ya" Jaemin terkekeh, Haechan juga ikut terkekeh karenanya. "Tapi kalo emang Kayla marah dan dia gak mau minta maaf, dia berurusan sama gue"

Younger // Mark Lee Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang