25

46 8 0
                                    

Kayla menguap lagi. Dirinya sedang bertopang dagu menikmati betapa "menyenangkannya" perlajaran Matematika Sains yang diajarkan oleh guru berkumis tebal, Pak Ghaffar. Beliau bukan termasuk guru killer. Tapi cara mengajarnya betul-betul membosankan. Beliau mengajar dengan suara sangat pelan dan lembut, membuat Kayla mengantuk setengah mati.

"Kay, lo ngantuk ya?" Tanya Madu disebelahnya.

Kayla sempat kembali menguap sebelum menjawab. "Banget, Du."

Kayla menatap Madu yang kini tengah senyum-senyum gajelas sambil melihat ke ponselnya. Karena kepo, Kayla melirik ke arah ponsel Madu. Kayla menahan senyumnya ketika melihat nama 'Haechan' tertera disana.

"Lo lagi deket sama Haechan?"

Madu menatap Kayla dengan mata menyipit. "Lo ngintip hape gue ya?"

"Lagian lagi belajar juga malah asik chat" Kayla menunjuk Pak Ghaffar yang masih dengan sabarnya menerangkan meskipun para muridnya banyak yang mengabaikan. "Tuh, kasian Pak Ghaffar. Seenggaknya gue masih dengerin dia"

Madu mendecakkan lidahnya. "Lagian gue bosen. Mending gue chat sama dedek Haechan yang gak pernah ngebosenin"

"Ya, ya. Haechan emang baik anaknya, lucu lagi. Beda banget ama dedek gemesnya gue"

"Mark masih sering cuek dan ketus sama lo?"

Kayla kembali menopang dagunya. "Masih, tapi udah agak berkurang lah"

"Saran gue mending lo putus deh sama Mark"

Kayla langsung menoleh pada Madu. "Kok gitu?"

Madu tersenyum miring. "Dia keliatan gak serius sama lo. Mending lo sama Jaehyun noh"

"Hah?" Kayla menyernyit. "Kenapa harus Jaehyun?"

"Jaehyun kayaknya suka sama lo"

Jawaban Madu membuat Kayla terkekeh. "Ngaco lo."

"Terserah kalo gak percaya," Madu mengangkat bahunya acuh. "Kalo nggak, ya sama Jaemin."

"Tuhkan, Nana lagi" Kayla menghela nafas. "Voni bilang Nana suka sama gue. Terus sekarang lo bilang Jaehyun suka sama gue? Si ketua Basket itu? Ngaco banget deh lo berdua, sumpah."

Madu mendecak kesal. Kayla memang susah untuk diberi saran atau nasihat. "Emang kenapa? Kalo emang mereka suka sama lo, terus kenapa?"

"Ya aneh aja" Kayla tertawa kecil. Kalau tidak ada Pak Ghaffar disini, mungkin Kayla akan tertawa terbahak-bahak seperti biasanya. "Apa yang gue punya sampe bisa bikin tiga cowok suka sama gue?"

"Astaga, Kayla" Madu menggeleng. "Jangan selalu menganggap diri lo jelek. Gue sama Voni udah sering bilang, lo punya daya tarik tersendiri. Gak ada yang gak mungkin di dunia ini."

Kayla tersenyum miris. Madu dan Voni memang selalu seperti itu. Tapi Kayla tau, mereka mungkin hanya ingin Kayla tidak terlalu insecure, itu saja. "Dengan semua kekurangan gue, gue bersyukur Mark mau nerima gue. Masalah dia cuek atau ketus sama gue, harusnya gue bisa juga nerima itu semua."

"Terus kalo Mark cuma main-main sama lo gimana, Kay? Gue sama Voni khawatir banget, tau."

Kayla tersenyum. "Gue percaya, Du. Gue percaya dia sayang sama gue. Ada beberapa hal yang bikin gue yakin kalau dia sayang sama gue—yang lo berdua gak tau. Lagian, entah kenapa rasanya gue pengen selalu lindungin dia"

"Yang harusnya ngelindungin itu dia, bukan lo-nya. Gimana sih"

"Gak tau, Du" Kayla mendesah. "Gue ngerasa dia rapuh. Gue gak tau kenapa bisa mikir gitu. Lo tau 'kan kalo dia udah gak punya Ayah? Gue ngerasa dia punya masalah tersembunyi. Dia emang cowok, emang seharusnya dia yang lebih perhatiin gue, tapi pada kenyataannya dia lebih rapuh dari gue, dia yang lebih butuh perhatian daripada gue."

Younger // Mark Lee Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang