Part 23 : 'Insanity'

821 171 31
                                    

Storyline is mine, don't copas it..

All casts belogs to God, their parents, their agency and fans

😍😉😉😍

***

Woohyun bangun lebih cepat di hari senin pagi ini. Ia langsung mandi dan bersiap-siap, setelah itu langsung berangkat sekolah. Bahkan ia tak berniat untuk sarapan atau membuat bekal, pikirannya saat ini hanyalah bagaimana ia bisa sampai di sekolah sebelum semua orang.

Dan kini, setelah bus yang ia naiki berhenti di dekat sekolah, ia langsung turun, tak lupa mengucapkan salam pada sang supir dan berharap harinya berjalan dengan lancar. Supir paruh bawa itu tersenyum dan mengharapkan hal yang sama. Setelah itu Woohyun melompat dari tangga bis dan berjalan santai ke gerbang menjulang Infinity.

Ia berhenti sejenak saat baru selangkah dari gerbang, memafaatkan waktu untuk melihat sekelilingnya yang masih sepi. Tentu saja, saat ini masih pukul 6.58a.m.

"Rasanya seperti saat aku pertama kali sekolah disini." Gumamnya pada diri sendiri seraya tersenyum tipis. "Ah, itu sudah sepuluh hari lalu. Sebelum... semua hal konyol itu terjadi tiga hari lalu." Ia kembali berjalan menuju kedung utama di tengah, gedung kelas 2.

Jadi ini adalah hari kedua sejak ia resmi menjadi—apa yang mereka sebut—Kartu Merah. Ia sedikit lega karena setidaknya saat weekend ia bisa menghindari semua itu. Tidak, mungkin kata menghindari kurang tepat. Sebenarnya lebih seperti Woohyun masih belum percaya hal ini terjadi dan berharap semuanya hanya mimpi konyolnya. Tapi percuma saja, karena waktu terus berjalan, dan hari ini hari senin, awal pekan dimana ia harus sekolah lagi hingga jumat, libur saat sabtu-minggu, dan begitu seterusnya.

Intinya, Kartu Merah itu nyata.

Bayangkan saja, Jumat lalu, saat ia baru mengetahui pengumuman itu di mading digital, boom, sikap semua orang langsung berubah. Tak ada lagi yang membalas sapaannya saat di koridor, tak ada lagi guru yang tersenyum padanya tanpa pandangan kasihan, tak ada murid yang ingin berdekatan dengannya, dan yang terburuk baginya, tak ada lagi teman sekelas yang mau bicara dengannya, well kecuali Sungyeol dan Myungsoo.

Mengingat mereka membuat Woohyun tersenyum, karena setidaknya keduanya masih mempercayainya daripada postingan palsu dari akun yang bahkan tak memiliki nama itu.

Tanpa sadar, Woohyun kini sudah berjalan menaiki tangga menuju kelasnya di lantai dua. Ketika sampai di kelas, tempat itu tidak kosong, ada tiga murid yang tiba lebih dulu. Ketiganya sontak menoleh saat tahu ada yang masuk, tapi mereka langsung kembali sibuk pada apa yang mereka lakukan sebelumnya.

"Selamat pagi," sapa Woohyun sambil menaruh tasnya di meja. Ia memastikan agar suaranya terdengar oleh tiga murid yang duduk di meja berbeda di kelas itu, dua di barisan paling depan, dan satu tepat di depan mejanya.

Woohyun menghela napas karena diabaikan. Ia duduk dan mengulurkan tangannya untuk menyentuh bahu orang yang duduk di meja depannya. "Hoseok-ah, kau sedang apa?"

Hoseok menepis tangan di bahunya dengan cepat. Tanpa mengucapkan apapun, ia berdiri dan langsung keluar kelas.

Wohyun memandang punggungnya dengan ekspresi sedih. Hoseok biasanya sangat ramah padanya. Mereka sering mengobrol banyak di pagi hari, lalu makan di kantin bersama yang lain saat waktu makan siang, kemudian saat bel terakhir berbunyi, ia akan pamit pulang duluan bersama pacarnya, Naeun.

Tapi sekarang...

Woohyun menggelengkan kepalanya frustasi. Ia menyandarkan kepalanya di meja dan menjadikan kedua lengannya yang terlipat sebagai tumpuan, kemudian memejamkan mata, berusaha memikirkan hal baik.

R̤E̤D̤ C̤A̤R̤D̤Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang