Part 41 : 'Unexpected Confession'

667 133 44
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

P. s : Chapter ini di-dedikasikan buat hantu yang selalu gentayangan di gc, dm maupun pc dll nanyain kapan RC apdet wkwk xD

***

Keesokan paginya, Myungsoo dan Woohyun sudah kembali bersekolah seperti biasa, meskipun seluruh tubuh mereka serasa remuk karena berbagai hal yang terjadi di gedung tua itu dua hari lalu. Yeah, pihak Rumah Sakit sudah memperbolehkan keduanya pulang sejak semalam, karena luka mereka tak separah Sunggyu yang kira-kira baru bisa keluar sekitar seminggu lagi.

Tapi tentu saja, sebenarnya mereka belum disarankan untuk kembali sekolah hari ini, namun Woohyun mengkhawatirkan absensinya. Meskipun selama berada di Infinity ia baru tidak turun dua kali, itu dapat mempengaruhi catatan beasiswa-nya. Ia takut nilai sikapnya akan menurun dan membuat beasiswa itu ditangguhkan, atau bahkan lebih buruk lagi, dicabut.

Woohyun benar-benar tak ingin itu terjadi.

Ia masuk ke Infinity dengan susah payah, dan Ibunya juga sangat senang ketika ia memberi tahu bahwa ia diterima untuk pindah ke sekolah elit itu secara gratis beberapa minggu lalu.

Itulah mengapa ia bersikeras untuk sekolah hari ini. Oh dan ya, tentu Myungsoo turut mengikutinya. Ia juga akan turun sekolah pagi ini. Pemuda brunet itu tak mau ada orang lain lagi yang menyakiti kekasihnya. Myungsoo sudah berjanji pada diri sendiri akan selalu melindunginya mulai sekarang.

Padahal jika dilihat lagi, Myungsoo saat ini benar-benar nampak... menyeramkan, dengan berbagai plester yang merekat di wajahnya. Tadi pagi ia berhasil menutupi perban di tubuh, tangan dan kakinya (tidak seperti biasanya, hari ini ia mengenakan seragamnya dengan sangat rapi, bahkan blazernya juga). Tapi menutupi yang ada di wajah itu benar-benar tak mungkin.

Myungsoo menatap pantulan wajahnya di cermin. Ia sempat mengernyit sejenak sebelum meringis.

"Akh, bahkan menggerakkan alis saja rasanya sakit." dumalnya. Untuk kesekian kalinya pagi ini, ia menghela napas meratapi wajahnya yang kini dipenuhi lebam kebiruan. "Apa aku harus memakai masker dan kacamata ke sekolah?"

Ia diam dan berpikir cukup lama didepan cermin itu. Setelah kira-kira hening selama 5 menit, ia berteriak frustasi dan mengacak rambut. "Aniya, aniya! Itu hanya akan membuatku terlihat seperti weirdo!"

R̤E̤D̤ C̤A̤R̤D̤Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang