Part 43 : 'Alleviating'

640 107 50
                                    

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****



Woohyun menghela napas sambil menatap ponselnya yang terus bergetar. Setiap getaran itu berhenti, ia akan mendapati nama kekasihnya di laporan missed call.

"Kenapa kau keras kepala sekali sih?" Woohyun mengerucutkan bibirnya sambil mengangkat benda tipis yang kembali bergetar itu. "Yeoboseyo."

"Woohyun," suara Myungsoo dari seberang sana terdengar sedikit kesal. Tapi suara selanjutnya malah lebih seperti rajukan, "Aku mencoba meneleponmu puluhan kali sejak setengah jam lalu. Kenapa kau baru mengangkatnya?"

Woohyun menggaruk tengkuknya. Jika ada hal yang paling tak disukainya, itu adalah mencari alasan untuk berbohong. Well, tidak mungkin kan ia jujur jika saat ini--di minggu siang yang biasanya ia jalani seharian bersama Myungsoo--dirinya sedang dalam perjalanan untuk menemui Sunggyu?

"Dan sekarang kau mengabaikanku." Lanjut Myungsoo.

Woohyun tertawa canggung untuk menutupi kegugupannya. "Myungie, kenapa kau meneleponku? A-aku sedang... sibuk."

"Melakukan apa?" Woohyun yakin sekali jika namja itu pasti tengah mengangkat satu alisnya sekarang. Belum sempat dijawab, Myungsoo kembali menyambung. "Oh, dan kemarin pagi kau juga langsung pergi dari rumahku tanpa bilang padaku. Kau tak memberiku kesempatan untuk bertanya; sebenarnya apa yang kau lakukan hingga selalu sibuk seminggu ini?"

Um...

Berbagai alasan yang sudah dipersiapkan Woohyun mendadak buyar. Ia jadi panik, bingung harus menjawab apa. "A-aku hanya..."

"Kau hanya...?" sahut Myungsoo, antara gemas dan tak sabar. "Hanya apa?"

Tidak, tidak. Myungsoo tak boleh tahu soal deal-ku dengan Sunggyu seonbae.

"Um, Myung, barusan ahjumma disamping rumahku meminta bantuan untuk memperbaiki shower-nya yang macet. Jadi aku pergi dulu, ya. Aku akan meneleponmu nanti jika sudah selesai. Bye~"

"Apa? Tapi-"

Klik.

Sambungan telepon itu langsung dimatikan oleh Woohyun. Ia segera mematikan power ponselnya dan mengantongi item itu, dalam hati berharap otaknya segera menemukan alasan untuk diceritakan ke Myungsoo.

Maafkan aku, Myungie. Ia menghela napas panjang lagi seraya turun dari bus ke halte pemberhentiannya. Aku mengabaikanmu karena tak ingin bohong padamu.

Woohyun langsung beranjak dari halte dan mengamati bangunan bertingkat serba putih sekitar 100 meter darinya;

Seoul Hospital

R̤E̤D̤ C̤A̤R̤D̤Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang