Chapter 14

258 14 0
                                    

Bosen juga kayanya kalau diem di rumah terus. Bisa bisa nge bangke gue nantinya. Kayanya asik juga kalau jalan jalan sore sambil keliling keliling nyari taman.

Akhirya gue pun langsung turun dan ngambil kunci motor gue.

"Mau kemana?" terdengar suara cewe dengan nada curiga nya.

"Bukan urusan lo." Jawab gue ketus dan langsung pergi meninggalkan rumah.

-----------------------

Hufft .. Enak juga ya nongkrong nongkrong di taman ini. Masih asri banget, pikir gue.

Gue pun mulai mengikuti jalan setapak yang disediakan untuk mengelilingi taman ini. Mata gue berkeliaran menikmati pemandangan yang emang jarang gue temuin di daerah perkotaan, sampai penglihatan gue terpaku dengan pemandangan cewe yang kayanya ketiduran di salah satu bangku ujung taman.

Entah kenapa, gue melangkah mendekati si cewe yang lagi tertidur di bangku tersebut. Gue memperhatikan lekak lekuk wajahnya, sampai gue menyadari kalau cewe ini ternyata ... Kayla.

Gue pun memberanikan diri untuk mengusap pipi nya dengan punggung tangan gue. Gue benci ketika rasa bersalah gue sama lo selalu muncul, Kay. batin gue.

Kayanya usapan tangan gue di pipi nya berhasil membuat dia bangun. Dengan secepat mungkin gue menarik tangan gue dari pipi dia.

"Erza? Kamu kok bisa disini?" Tanya Kayla dengan suara khas orang baru bangun tidur. Damn, gue harus ngomong apa.

"Ah? Eng-engga kok Kay. Tadi gue lagi jalan jalan aja disekitar sini. Terus ga sengaja gue ngeliat lo yang ketiduran di bangku taman sini. Asalnya gue mau bangunin lo. Ta-tapi ... Lo nya udah kebangun duluan." Ucap gue dengan nada yang gugup. Sangat gugup.

"Oh." Ucapnya datar dan tersenyum ke arah gue. Sial, kenapa jantung gue ga karuan gini.

"Eh, Kay. Kayanya ini udah terlalu sore deh. Mending lo langsung pulang."

Dia langsung melihat ke arah jam yang terpakai manis di tangannya, "Ya ampun. Kayanya gue lama banget ya ketiduran disini. Yaudah deh gue balik dulu ya."

Entah kenapa dengan sigap gue langsung menahan tangannya, "Bareng gue ya."

"Tapi gue bawa mobil."

"Pokoknya lo gausah khawatir. Nanti malem mobil lo pasti udah terparkir manis di depan rumah lo."

Tanpa gue sadari, gue udah ngegali lubang hitam yang sewaktu waktu dapat ngejerumusin diri gue sendiri.

---------------------------

Kaishar POV

"Hah? Jam segini belum pulang juga, Ney?" Ucap gue dengan khawatir di dalam percakapan telfon.

"Iya ka. Aduh tenang aja bisa ga sih. Ga usah panik gitu." Ucap Neyra dengan santai nya.

Gue menghela nafas panjang, "Gausah panik palelu. Liat dong sekarang udah jam berapa? Emang tadi dia bilang mau kemana?"

"Mana gue tau." Lalu terdengar suara motor gue pun langsung menuju ke balkon. Dan tepat motor itu berhenti di depan gerbang rumahnya Kayla.

Itu .. Bukannya Kayla ya? Tapi dia sama siapa? pikir gue dalam hati.

"Eh wooyy. Kak? kacang mahal ya?" Terdengar suara dari handphone gue.

"Ck. Bawel amat sih lu. Eh lo ke balkon deh."

"Harus banget?"

"Cepet elah."

"Iye iye." Katanya sambil berjalan ke arah balkon di depan kamarnya. "Terus kenapa?"

"Eh liat ke depan gerbang lu. Itu Kayla kan?"

"Iya."

"Dia sama siapa?"

"Lah mana gue tau."

"Ck. cari taulah, bocah." Gue pun langsung menutup telfon dan langsung masuk ke kamar gue.

Kayla sama siapa ya? pikir gue dalam hati.

Entah kenapa pemandangan tadi bikin gue ga tenang.

-------------------------

Gue terbangun dan langsung mandi dan melakukan semua yang biasa gue lakukan, tapi gue membuka gorden terlebih dahulu, dan yang pertama kali gue liat saat gue membuka gorden adalah, cewe yang sudah memakai seragam sedang membereska buku-bukunya, dan menyatukan semua helai rambutnya menjadi satu, dan terbentuk lah ekor kuda pada rambutnya.

Gue ga bisa alihin pandangan gue darinya, mulai dari dia memasukan novel-novel tebal ke dalam tasnya, sampai, ia tersenyum sendiri saat melihat tingkah adenya yang tiba-tiba masuk kamarnya.

Sampai akhirnya gue denger kalau Ney ngomong ke Kay, "Ka kalau pacaran kenalin ke gue ya, oya satu lagi, be brave okay?"

Terlihat dari mukanya yang menahan tawa, dan dia mencubit pipi Ney, mereka pun akhirnya keluar kamar bersama-sama.

Gue pun langsung bergegas keluar kamar dan mengambil kunci motor.

Setelah mengeluarkan motor dari garasi, gue langsung memarkirkan motor gue di depan gerbang rumahnya Kayla.

Gue liat Kayla mau ngeluarin sepeda nya. Tapi dengan cepat gue langsung membunyikan klakson motor gue dan berhasil membuat Kayla kaget.

"Kai? Ngapain kamu disini?"

"Berangkat bareng yuk." Ucap gue tanpa basa basi.

"Ehm .. tapi-"

"Tapi apa? Oh gue tau. Udah ada yang biasa nganterin lo ya? Okay. kalau gitu gue dulu-"

"Ga kok. Gue ikut lo." Jawab Kayla dan langsung naik ke jok belakang motor gue.

Tanpa sadar gue pun menarik sudut bibir gue membentuk sebuah senyuman tipis, "Pegangan yang erat"

"Iya"

"Yaelah. Kalau lo cuma megang ujung jaket gue mah bukan erat namanya." Kata gue penuh dengan unsur kemodusan.

"Iya bawel." katanya sambil membenarkan pegangannya.

"Apalagi kalau lo cuma megang tali tas gue. Gue kan gabisa memprediksi keadaan jalanan yang suatu saat bisa bis-"

"Ah, banyak omong banget sih lu." Potongnya sambil memeluk erat pinggang gue.

"Nah gitu kan aman jadinya."

"Emang dasar lu nya aja yang modus." Ucapnya dengan pelan namun masih bisa gue tangkep.

"Emang." Jawab gue yang sepertinya menimbulkan semburat merah di pipinya.

------------//------------

Kay(i) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang