Chapter 18

255 13 0
                                    

Sesampainya di rumah gue langsung membuka pintu balkon kamar gue, dan duduk di kursi sofa dengan gitar di atas meja di depan kursi itu.

gue menutup muka gue dengan bantal sofa dan merutuki diri gue sendiri, kenapa ga dari awal gue tolak Clarinta, dan harusnya sekarang gue udah bisa nembak Kayla, damn, gue bego banget.

"Kai?" Tanya seseorang di sebrang balkon gue

Gue mendongakkan kepala, dan tersenyum, lalu gue tenggelimin lagi muka gue ke bantal yang masih ada di pelukan gue.

"Kai, lo kenapa sih?" Tanyanya lagi.

Gue mendongkakkan kepala gue lagi, "Maaf, maafin gue tadi gue lancang meluk-meluk lo, maaf tadi gue annoying banget, maafin gue"

 Dia tersenyum manis sekali ke gue, "Gapapa, tapi jangan diulangin"

Damn, terlalu baik ini cewe, udah baik, manis lagi.

 Gue jadi kepikiran sama omongan Clarinta tadi 'Karena dia ... udah jadian sama Erza'. 

"Lo, ja-jad-jadian sama Er-Erza ya?" Tanya gue gugup, gue takut salah nanya.

Gue melihat dia tiba-tiba duduk dengan tegak, dan terlihat dari mukanya yang langsung menatap jalan komplek dengan kosong.

Mungkin gue salah nanya kali ya, harusnya gue ga usah tanyain ke dia langsung, harusnya gue cari tau, gue selidikin juga kenapa mereka bisa jadian, siapa yang nembak siapa, harusnya gue selidiki aja.

"Sorry, gue salah nany-" omongan gue tiba-tiba di potong oleh Kayla.

"Don't mention it, gue emang jadian sama Erza, gue udah nolak dia, tapi dia minta kesempatan ke gue, ya udah gue terima, tapi gitu lah no sparks no butterfly, tapi gue selalu nyoba buat suka sama dia" katanya menjurus ke curhat.

Gue rada kaget, berarti dia hampir sama, sama gue, nerima atas nama kasian, dan memberi dia kesempatan. "We are in the same boat Kay, lo ngerti?"

Dia menggeleng, dan mengangkat bahunya.

"Maksud gue tuh, kita di keadaan yang sama, di dalam masalah yang sama, ngerti?" Dia menggangguk mantap.

Gue baru nyadar, bahwa Kayla itu ga se nerd yang gue kira, mungkin awalnya gue nganggep dia cewe yang freak dan ternerd yang pernah gue temuin, tapi mungkin dengan berjalannya waktu gue dan dia memperlihatkan sifat aslinya.

--------------------------

Setelah gue ngobrol-ngobrol sama Kayla tadi di balkon, gue langsung turun ke bawah dan melemparkan tubuh gue ke kursi ruang tamu.

Di depan gue ada raja di rumah gue, sambil menyesap tehnya dia terus fokus dengan laptop yang ada di depannya.

Gue terus memperhatikan cara ayah kesayangan gue ini berkerja sampai dia mengerutkan alisnya jika ada yang salah dalam laporannya, apa lagi ia hanya ada beberapa hari di rumah, ia lebih senang menghabiskan waktunya di kantor.

"Yah, kalau ayah sayang ga sama aku?" Tanya gue tiba-tiba. Dia akhirnya mengalihkan fokusnya, dan menyimpan laptop di meja ruang tamu, lalu duduk di sebelah gue.

Ayah gue tersenyum, "Tentu, kalau kamu tau seberapa sayang tuhan ke makhluk ciptaannya, nah, seperti itu lah rasa sayang ayah ke kamu"

Gue tertawa terbahak-bahak sampai ayah gue mengerutkan alisnya.

"Kalau kasih sayang tuhan itu yah, kasih sayang yang tidak bisa tertandingi, emang ayah sesayang itu sama aku?"

Ayah gue mengangguk, "Bisa di bilang seperti itu, karena ayah akan berikan nyawa ayah jika itu bisa membuat mu bahagia dunia akhirat nak"

Gue ga tau harus ngomong apa, tapi yang pasti gue sangat beruntung punya ayah yang seperti ini, walaupun workaholic, tapi dia melakukan itu buat gue juga.

"Ehm, apa ayah juga sesayang itu sama mamah?" Tanya gue yang jelas membuata ayah gue terheran karena pertanyaan gue ini.

"Kamu kenapa, Kai? Apa .. kamu ada masalah sama perempuan?" Tanya ayah gue. Apa ayah gue udah profesional banget kali ya sama urusan beginian, padahal kan gue belum ngasih tau maksud gue nanya begituan.

"Ehm engga yah ... Ka-kai .. Kai cuman lag-"

"Ayah juga mengalami masa masa muda seperti mu nak. Jadi ayah tau masalah masalah seperti ini." Jawab ayah gue. "Yah .. kalau kamu gamau cerita sama ayah juga ga masalah. Tapi yang harus kamu pahami tentang masa masa pendekatan adalah, Jangan pernah berhenti mengejar walaupun di depan mu ada sebuah jurang yang dalam. Dan kamu juga harus dapat melewati berbagai rintangan dalam melewati jurang itu."

Buset dah, dapet dari mana tuh kata kata. Pikir gue.

-------------------

Gue menatap langit langit kamar gue. Lebih tepatnya sih, ngelamun.

Tiba tiba bang Kevin masuk ke kamar gue dan langsung tiduran di sebelah gue.

"De."

"hm?"

"Abang galau." Ucapnya sambil menenggelamkan wajahnya di bantal gue.

Ck, emang cuma lu aja yang galau. Gue juga galau berat nih.

"De."

"Apa sih?"

"Kok abang lu lagi curhat malah lu kacangin sih." Ucapnya dan langsung melemparkan bantalnya ke muka gue.

Lagi galau makin kampret aja nih orang.

"Ya terus gue harus gimana?" Ucap gue datar dengan pandangan tetap menatap langit langit kamar.

"Ya bilang apa kek. Biar gue tenang gitu."

"Dih, macem cewe aja sih lu bang."

"Ah ... Ga solusi banget sih lu de." Ucapnya dan langsung pergi meninggalkan kamar gue.

---------//---------

Kay(i) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang