Halaman Sebelas.

2.1K 531 24
                                    

22 April 2013.
Musim Semi; Seoul.

Aku tak suka terlihat menyedihkan seperti ini. Woojin yang mereka kenali tidaklah sepayah Woojin berperawakan frustasi dan berantakan seperti hari ini.

Aku tidak ingin menunjukkan sisi lemahku. Aku tidak suka terlihat payah.

Aku bersembunyi di balik tembok halaman sekolah, tepat di taman belakang di bawah terpaan matahari sore yang memerah. Bersembunyi dari teman-temanku, bersembunyi dari 'Woojin yang selalu baik-baik saja', dan melarikan diri dari diriku sendiri.

Aku terlalu sering bersembunyi.

"Woojin, menangis bukan berarti kau kalah. Menangis tidak membuatmu menjadi orang yang payah. Menangis saja, kau berhak menangis untuk ibumu."

Suara itu berujar tepat di belakangku yang memanas. Sebelum ia melanjutkan kalimat terakhirnya, tangisku pecah seketika.

"Kalau kau keberatan aku berada di sini dan melihatmu menangis, aku akan pergi dengan senang hati, Woojin. Menangis saja sebanyak-banyaknya, lepaskan semuanya."

Aku kalah, pertahananku goyah.

"Jangan pergi Jihoon. Tetap di sini, tolong temani aku. Kau temanku, 'kan?"

11; ia sendirian.

Jurnal Woojin; Tentang Jihoon✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang