Halaman Dua Puluh Enam.

1.6K 431 30
                                    

10 November 2014,
Musim Dingin; Seoul.

Jika bisa mengulang waktu, aku ingin kembali. Tidak, aku tak pernah ingin kembali.

Aku harap, aku tak pernah ada di dunia.

Aku membenci hari-hari setelah November, hari di mana hidupku dan hidup ibuku berputar tanpa poros, terombang-ambing, hancur berantakan.

Selepas penembakan di hari bersalju itu, ayahku tak pernah kembali pulangㅡia benar-benar berpulang.

Aku dan ibuku kehilangan rumah tempat kami pulang, rumah berupa sepasang mata legam milik ayahku. Ibuku kehilangan semestanya, sementara aku kehilangan sosok ayah di usia belia.

Jika aku bisa kembali, aku harap ayahku tak pernah menyelamatkanku. Kuharap ayahku tak memelukku seerat-eratnya. Kuharap ayahku tak pernah bermandikan darah di atas putih salju waktu itu. Kuharap aku yang dihujam panas peluru.

Jika aku bisa kembali, aku harap hidup kedua orang tuaku tak pernah semenyedihkan ini. Kuharap ibuku tak pernah membenciku.

Kuharap ibuku berbahagia selalu.

"Semua orang punya penyesalannya masing-masing Woojin. Aku, kau, begitu juga ibumu. Ayahmu menghindari penyesalannya. Ayahmu mencintaimu. Jika aku adalah ayahmu, aku juga akan melakukan hal yang sama, aku akan melindungimu, kupastikan aku akan memelukmu dan menggantikanmu mati waktu itu."

"Menangis saja, aku menemanimu, di sebelahmu."

Jika aku bisa kembali, mungkinkah aku menemui Jihoon temanku? Mungkinkah hidup kita baik-baik saja?

26; ia telah lama tiada.

Jurnal Woojin; Tentang Jihoon✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang