6 Juni 2015,
Musim Gugur; Seoul.Ia diam, tidak banyak berbicara. Matanya lebih sering tertutup, sesekali ia bangun, menenggak segelas air dan kembali tertidur.
Aku mengamatinya tepat di sebelahnya, bersama ayah dan ibunya yang terlihat pucat pasiㅡkhawatir, ketakutan.
Sama halnya dengan Jihoon, ibunya pun tak banyak berbicara, hanya sesekali tersenyum berat dan memijat pelipis.
"Woojin, terima kasih. Terima kasih karena selalu berada di sini, karena sudah menemani sejauh ini, karena telah menjadi teman baik untuk kedua anak saya, karena berada di antara keduanya. Terima kasih karena telah melindungi anak bungsu saya ... Terima kasih, Jihoon pasti sangat senang."
Aku tertegun sesaat, kesadaranku menginterupsi untuk memberikan ibunya pelukan dengan pikiran yang kacau balau. Aku belum bisa mencerna semuanya.
33; hidupnya telah lama menemui usai.
[Karena kajins suka bacain
komen kalian ttg cerita ini,
Sebelum eksplanasi,
Silakan, berteori!😁😁]
KAMU SEDANG MEMBACA
Jurnal Woojin; Tentang Jihoon✔
Fiksi PenggemarJurnal Woojin [Catatan Tertinggal Tentang Jihoon] Woojin tak ingin banyak bercerita. Ada ribuan hal yang ia rahasiakan. Nyaris sama banyaknya dengan rahasia yang bersembunyi dari cerita tentang temannya. 18 Maret 2018, Kajins. (NO BXB)