Halaman Tiga Puluh Satu.

1.4K 395 14
                                    

30 Mei 2015,
Musim Gugur; Seoul.

Jihoon masihlah penari yang hebat. Jihoon masih Jihoon berotak cerdas yang menyukai Matematika. Jihoon masih menyukai cokelat panas dan membenci hujan. Jihoon masih jarang tersenyum, sesekali masih kudapati maniknya menatap lurus pada satu objek di sekitarnyaㅡmengintimidasi.

Bedanya, Jihoon tidak lagi memiliki pipi gempalnya. Jihoon yang ringkih menari tertatih. Jihoon di sini terlihat pasi.

Bedanya, Jihoon sering berbohong.

"Aku baik-baik saja," katanya.

Jihoon lebih sering jatuh tertidur, Jihoon tidak lagi membantu ibunya merangkai bunga, Jihoon tidak lagi datang dengan lagu-lagu sendu pengantar tidurnya.

"Woojin, ada satu cerita yang sampai hari ini masih kurahasiakan dari ibuku. Aku ingin memberitahumu. Dua orang anak laki-laki dalam potret foto yang kau lihat tempo hari itu salah satunya aku. Aku yakin kau tahu. Tetapi jika kau berpikir bahwa anak laki-laki yang tidak tersenyum di foto itu adalah aku, kau salah besar. Aku satu-satunya yang tertawa di sana. Hanya aku yang bahagia di sana. Adikku tidak. Aku ingin meminta maaf padanya, sungguh."

Aku tahu. Aku mengenali mata gelapnya yang tertawa menyedihkan itu. Aku tahu.

31; ia hidup dalam rasa bersalah

Jurnal Woojin; Tentang Jihoon✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang