Halaman Tiga Puluh.

1.5K 403 34
                                    

29 Mei 2015,
Musim Gugur; Seoul.

Hari ini, usia Jihoon menginjak angka dua puluh. Tadinya aku tidak tahu harus membawakan Jihoon hadiah apa, dan hadiah seperti apa yang ia mau.

Aku memilih memberikannya sekotak kue yang kubuat sepanjang malam. Aku merelakan waktu tidurku untuk membuatkannya kue cokelat kesukaannya yang sepertinya rasanya tak cukup enak.

Tak apa, mungkin Jihoon tidak begitu keberatan.

Aku sedikit gugup hari ini, mengingat sejak musim dingin lalu, aku belum pernah bertemu Jihoon lagi. Kuakui hari ini aku cukup nekat dengan mendatangi rumahnya dan menyapa ibunya yang ketika itu kudapati tengah merangkai bunga-bunga lily.

Setelahnya, aku mendapati presensi Jihoon di balik pintu kayu kamarnya dengan setelan piyama biru langit.

Setelah cukup lama tak menemuinya, Jihoon terlihat sedikit berbeda. Rahangnya jauh lebih tajam dengan garis wajah tegas dan pipi gempalnya yang nyaris sepenuhnya menghilang. Jihoon terlihat jauh lebih tirus dan ringkih, wajahnya pasi dengan lingkaran hitam di sekitar mata bulatnya.

Aku memberikannya sekotak kue cokelat buatanku dan memberikannya lima detik pelukan. Jihoon tertawa kecil meledek rasa kue yang pahit. Aku akui, rasanya sangat payah.

Jihoon tersenyum padaku, dengan wajah pucatnya yang sayu.

"Hei Woojin, aku ingin meminta sesuatu. Tolong kabulkan, tepati, karena aku tidak akan meminta banyak."

Ucapan Jihoon memotong tawaku, aku mengamatinya lekat, sebentar, sangat sebentar sebelum bibir biru ituㅡsekali lagiㅡmenarik segurat senyum tipis.

"Berjanji padaku, kalau salah satu dari kita menghilang atau saling meninggalkan, tolong jangan menangis."

Aku tak bisa berjanji, aku tak akan pernah bisa menepati janjiku.

Untuk Jihoon temanku, aku bersungguh-sungguh. Dengan sepenuh hati kuucapkan selamat bertambah usia, kudoakan segala hal terbaik di dunia. Kuharap kau tak lagi terluka. Kuharap aku bisa menjadi penyembuhmu. Kuharap kau tak pernah menyusulnya.

Kumohon, hiduplah lebih lama, untukku.

30; ia hidup dalam kungkungan gelisah.

Jurnal Woojin; Tentang Jihoon✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang