24 Agustus 2015,
Musim Panas; Seoul.Seperti hari kemarin, aku memberanikan diriku untuk datang. Hari ini aku cukup beruntung karena bisa melihatnya dari balik pintu.
Jihoon jauh lebih ringkih dibanding sesaat sebelum operasi. Aku bisa mendengar suara teriakan dari balik kaca di hadapanku.
Jihoon kesakitan, Jihoon terlihat sangat menderita.
Bunga akasia itu telah mengering, layu. Mungkin aku harus menggantikannya dengan bunga yang baru. Alasannya, karena aku melarikan diri waktu itu. Aku tak menemui ibuku untuk memberikannya bunga akasia, bahkan ketika kakiku telah sampai tepat di depan kaca pintu.
Aku terlalu takut. Aku bahkan tak lagi memikirkan Jihoon ketika itu. Aku hanya mementingkan diriku dan rasa takutku.
Mungkin Jihoon marah padaku. Mungkin juga kesal karena aku ingkar. Mungkin aku memang harus menemui ibuku. Untuk Jihoon, untuk temanku.
Di saat itu, mungkin keberanianku sudah cukup untuk bisa mengunjungi Jihoon sebagai temannya.
Mengerikan, hidupku memiliki terlalu banyak kemungkinan buruk.
44; ia hidup dalam diri seseorang yang tak kukenali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jurnal Woojin; Tentang Jihoon✔
Fiksi PenggemarJurnal Woojin [Catatan Tertinggal Tentang Jihoon] Woojin tak ingin banyak bercerita. Ada ribuan hal yang ia rahasiakan. Nyaris sama banyaknya dengan rahasia yang bersembunyi dari cerita tentang temannya. 18 Maret 2018, Kajins. (NO BXB)