21 April 2013
Musim Semi; Seoul.Hari ini berat, sungguh.
Aku menyambangi ibuku untuk merayakan ulang tahunnya, mengingatkannya untuk menyentuh makanannya dan membawakan sebuket bunga akasia kuning kesukaannya.
Dulu, kata ayahku, akasia kuning berlambang cinta yang terpendam. Aku hanya menyukai artinya. Kuberikan itu setiap tahunnya hanya agar aku tak lupa bahwa wanita itu masihlah ibuku.
Dan kau tahu, hari ini Jihoon yang menemaniku membeli sebuket bunga itu. Ia memilihkan bunga paling segar di toko bunga milik ibunya, juga merangkaikannya untukku dalam buket kertas sewarna gandum.
"Kau membeli akasia untuk ibumu, Woojin? Oh, kalau begitu aku akan membantu merangkainya untuk ibu temanku."
Ah, aku lupa memberi tahu. Kuputuskan untuk menjadi temannya sebagai pemenuhan janjikuㅡya, janji jika ia bersedia menggantikanku menjadi ketua kelas selama satu semester.
Aku tidak tahu, tetapi rasanya sedikit menenangkan. Aku sempat berterima kasih padanya. Sekalipun bunga itu harus berakhir tercabik menyedihkan di lantai, sekali lagi, tak apa.
10; ia menahan semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jurnal Woojin; Tentang Jihoon✔
Hayran KurguJurnal Woojin [Catatan Tertinggal Tentang Jihoon] Woojin tak ingin banyak bercerita. Ada ribuan hal yang ia rahasiakan. Nyaris sama banyaknya dengan rahasia yang bersembunyi dari cerita tentang temannya. 18 Maret 2018, Kajins. (NO BXB)