Halaman Dua Puluh Dua.

1.8K 464 83
                                    

Agustus 2013,
Musim Panas; Seoul.

Aku tak benar-benar tahu teman seperti apa Jihoon. Yang kutahu, ia adalah seorang anak semata wayang. Yang kutahu, ibunya adalah pemilik toko bunga ternama di kotaku. Yang kutahu, ayahnya adalah seorang pensiunan tentara. Yang kutahu, ia adalah pemenang lomba tari di kelasku. Yang kutahu, dia si pendiam peraih nilai tertinggi dalam ujian Matematika. Yang kutahu, hidupnya sangat sempurna.

Dan yang kutahu, ia baik-baik saja.

Tidak sampai aku mendengar ucapannya ketika kali pertama mengunjungi rumahnya. Ketika kedua mataku menatap lamat potret dua orang anak laki-laki di atas mejanya.

"Woojin, mau kuberitahu rahasia?

"Apa?"

"Aku pernah punya adik, tapi sudah mati, aku yang membunuhnya."

Aku tak memberi tahunya, tetapi sebagai sesama pembunuh, aku bisa mengerti.

22; dalam masa lalu menyedihkan miliknya.

Jurnal Woojin; Tentang Jihoon✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang