5 September 2015,
Hujan; Seoul.Rasanya seperti kebiasaan. Aroma, tempat, ibu, suasana, musim, dan Jihoon. Agaknya aku mulai menjadi sedikit demi sedikit terbiasa.
Jihoon berada di sana, dan itu sudah jauh lebih dari cukup untuk membuatku terbiasa.
Sore tadi, aku menemuinya lagi. Hari ini, Jihoon tak lagi mengenakan pakaian rumah sakit. Aku melihatnya makan dengan baik, bahkan sempat meminta tambahan sup sayur untuk mangkuknya yang tandas.
Kupikir ini kabar yang cukup baik. Kedua orang tuanya juga sempat memberitahu bahwa Jihoon menjadi jauh lebih bertenaga, ia sering berjalan-jalan ke luar, juga tak pernah absen dari kemoterapi.
Jihoon membawaku pergi ke taman belakang rumah sakit, ada pohon akasia kuning di sana. Jihoon tak banyak berbicara, tapi yang kutahu, ada segaris senyum yang terpatri di wajahnya.
"Tugasku sudah selesai Woojin, aku bisa pulang."
Ia berlari kecil, walaupun aku tahu ia sedang sangat kesakitan.
"Oh, kalau kulihat-lihat, kau tidak banyak berubah, Jin. Wajahmu sama saja seperti tiga belas tahun lalu. Bedanya, saat aku melihatmu dulu, kau ketakutan. Ada banyak beban di matamu. Sekarang sudah tidak ada, aku senang."
Ia pernah menemuiku sebelumnya?
"Temui aku pukul tujuh pagi besok, aku ingin berjalan-jalan."
Tolong yakinkan aku bahwa Jihoon yang kutemui hari ini adalah Jihoon temanku.
47; matanya segelap malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jurnal Woojin; Tentang Jihoon✔
Fiksi PenggemarJurnal Woojin [Catatan Tertinggal Tentang Jihoon] Woojin tak ingin banyak bercerita. Ada ribuan hal yang ia rahasiakan. Nyaris sama banyaknya dengan rahasia yang bersembunyi dari cerita tentang temannya. 18 Maret 2018, Kajins. (NO BXB)