Halaman Tiga Puluh Sembilan.

1.2K 346 23
                                    

2 Agustus 2015;
Hujan; Seoul.

Aku baru saja sampai ke tempat ini pukul dua siang setelah perjalanan panjang berjam-jam dari Kota Busan. Pandanganku lurus ketika mendapati senyum pucatnya di balik jendela kereta. Aku menerima pesan singkatnya beberapa saat sebelumnya, katanya ia ingin aku segera datang, ia ingin menjemputku.

Ia banyak bercerita, tak seperti biasanya. Suaranya terdengar riang dengan nada yang terkesan dibuat-buat. Jihoon tak benar-benar senang, aku bisa mengenali itu.

"Hei ...."

Setelah suaranya menginterupsiku, aku mengentikan langkahku pelan-pelan. Aku tahu, Jihoon ingin berbicara serius.

"Woojin, apa aku harus dioperasi? Ibu dan ayahku ingin segera menentukan tanggalnya, seharusnya seminggu lagi. Menurutmu bagaimana? Sepertinya hari itu akan menjadi hari yang bagus untuk pengakuan dosa, 'kan? Aku harus menjalani operasi, 'kan?"

Kau tahu, saat itu aku tak menjawab apa-apa. Yang kuingat, saat itu aku berlari meninggalkannya. Sendirian.

Seharusnya ia tahu jawabanku.

39; kadang kukenali, kadang tak bisa kukenali.


Jurnal Woojin; Tentang Jihoon✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang