4

3.2K 218 55
                                    

Sehabis menyantap makan malam mereka, Vino mengajak Shani untuk lebih mengenal sahabat-sahabatnya.

"Shan, kamu udah ingat kan nama-nama mereka?" Tanya Vino

"Yang cerminnya aku rusak itu Jinan, yang itu Cindy, yang suka makan seperti aku itu Gracia, dan yang tinggi itu Okta" Ucap Shani mengabsen sahabat Vino sambil menunjukkan orangnya.

"Pinter" Vino mengusap puncak kepala Shani dengan lembut. Ada perasaan senang melihat Shani yang sudah mulai terbiasa dengan sahabatnya, Vino menyukai saat Shani tersenyum seperti sekarang ini.

Vino kembali bercerita bersama sahabatnya, Shani yang tidak mengerti pun memilih untuk berkeliling villa.

Belum lama setelah Shani pergi, tiba-tiba..

"AAAAA...."

"Shani?!" Vino dan yang lainnya pun berlari keluar villa.

"Lepasin dia" Ucap Vino dengan nada dingin.

"Maaf Tuan, tapi gadis ini terlihat mencurigakan" Ucap salah seorang pria berjas hitam.

"Dia temen gue, lepasin dia sekarang. Atau kepala lo yang gue bikin lepas" Shani langsung berlari memeluk Vino, setelah kedua pria itu melepaskannya.

"Aku tidak melakukan kesalahan apapun, aku hanya berkeliling" Ucap Shani.

"Iya, kamu gak salah. Si botak itu yang salah" Ucap Vino. Ia merangkul Shani dan membawanya masuk kembali ke villa.

"Dia namanya Shani, temen baru kita. Ngerti kan?" Ucap Okta. Kedua pria itu mengangguk paham.

"Bagus. Oke, selamat berjaga ya" Ucap Okta. Ia menarik tangan Gracia untuk ikut bersamanya.

Jinan dan Cindy pun kembali masuk ke dalam villa. Namun, baru di ambang pintu, seorang penjaga villa menghampiri Jinan.

"Tuan Jinan, ini ada telfon dari Tuan Kim" ucap penjaga villa memberikan telfon pada Jinan dan pergi ketika Jinan telah menerimanya.

"Huuh, apa lagi sekarang" Jinan sepertinya bisa menebak apa yang akan Ayahnya katakan.

"Kamu gak boleh gitu, Ji. Siapa tau Papa kamu lagi kangen kamu" Ucap Cindy.

"Jinan.."

"Mama?"

"Kenapa Hp kamu gak bisa dihubungin? Papa kamu mau bicara" Jinan menghela nafasnya.

"Kim Ji Nan, apa kau sedang bermain dengan wanita miskin itu lagi?" Ucap Kim Young Dae, Ayah Jinan.

"Lalu kenapa?" Nada bicara Jinan berubah saat mendengar suara Papa nya.

Disampingnya, Cindy sedang menggenggam tangan Jinan. Sesekali ia mengusap punggung tangan kekasihnya itu dengan ibu jarinya. Jinan akan sangat mengerikan saat sedang emosi, walaupun tidak separah Vino. Tapi tetap saja Cindy tidak ingin hal itu terjadi.

"Aku sudah memilihkan wanita yang tepat untukmu"

"Aku tidak akan menyukainya" Ucap Jinan berusaha tetap tenang.

"Tinggalkan wanita miskin itu dia hanya akan me..." Cukup sudah. Jinan tidak suka jika Cindy direndahkan.

"Maaf, Papa. aku tidak akan meninggalkannya. aku mencintainya"
(Anggap aja ya itu Jinan bahasa korea, tadi udah nulis Versi korea. tapi dihapus)

Jinan langsung mematikan sambungan telfon itu, ia memejamkan matanya guna meredam emosinya. Jinan sudah pernah berjanji pada Cindy, untuk mengontrol emosinya.

Setidaknya, ia akan tenang tanpa gangguan Papa nya hingga beberapa hari kedepan. Papa nya sudah sangat paham dengan sifatnya, dan jika Jinan sudah menggunakan bahasa korea saat sedang berdebat dengan Papa nya, itu tandanya Jinan tidak ingin di ganggu dan tidak ingin bicara lagi.

Dia, Shani kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang