10

2.4K 193 39
                                    

"Mama Shania. Daging ini boleh buat aku?" tanya Shani.

Shania mengangguk. Mereka yang ada di meja makan melongo mendengar ucapan Shani.

Gadis itu sudah menghabiskan lima piring ayam goreng, dua porsi steak daging. Dan sekarang, ia meminta satu porsi steak lagi.

"Mama Ochi, bisa bantu aku potong daging ini?" Ucap Shani.

Ochi mengambil piring steak Shani dan memotongnya kecil-kecil.

"Kok gue kenyang ya liat Shani makan doang" Ucap Gracia

"Iya, aku yakin kamu gak bisa ngalahin dia, Gre" celetuk Cindy.

"Terimakasih" Shani membawa piring steak itu pergi.

"Shani mau kemana?" Tanya Boby.

"Mau kasih ini ke Vino, Om Boby." Jawab Shani. Lalu melanjutkan kembali langkahnya untuk mencari Vino.

'Kenapa aku jadi keinget Viny?' batin Shania.
Matanya tak lepas dari arah pergi nya Shani.

-Flashback

"Ma. Mama masak apa?" tanya Viny.

"Ini, Mama mau bikin salad buah."Viny tampak senang sekali. Karena itu adalah salah satu makanan favorit nya.

"Vino belum pulang Ma?" Tanya Viny.

"Belum, paling bentar lagi juga.." Shania menghentikan ucapannya saat mendengar suara keras dari suami nya.

"Papa sudah bilang, jadikan kegiatan kamu ini hanya sebatas hiburan. Bukan untuk kamu tekuni" Boby menghempas gitar Vino ke lantai.

"Kamu itu sebentar lagi akan masuk SMA. Mau sampai kapan kamu mau bermain-main seperti ini?!" bentak Boby.

"Maaf, Pa. Vino cuma bosan. Sebelum pergi tadi, Vino juga udah belajar kok, Pa." Ucap Vino.

"Benar begitu?" Vino mengangguk.

"Baguslah. Papa hanya ingin anak Papa ini menjadi orang yang sukses. Kamu satu-satunya penerus perusahaan Papa nantinya. Papa berharap banyak denganmu" Boby menepuk pundak Vino sebelum ia kembali berjalan keluar menuju mobilnya.

Vino mengambil kembali gitarnya. Meski ia yakin gitarnya tidak akan rusak karena masih terbungkus rapi dalam tasnya. Tapi tetap saja ia tidak suka, saat gitar kesayangannya itu di hempas begitu saja oleh Papa nya.

Shania dan Viny hanya memperhatikan Vino dari jauh.
Shania memilih untuk membiarkan Vino sendiri lebih dulu. Emosi anaknya itu pasti dalam keadaan tidak baik, dan jika sudah seperti itu. Hanya ada satu orang yang berani menghampiri Vino dalam keadaan seperti sekarang ini, dan itu adalah Viny.

"Ma, aku ke kamar Vino ya" Shania mengangguk.

"Vino, bukain dong. Tangan Kak Viny lagi penuh nih, gak bisa buka pintunya" Ucap Viny. Tak lama terdengar suara pintu terbuka.

"Kenapa, Kak?" Viny tidak menjawab. Is langsung masuk kamar Vino tanpa memperdulikan tatapan Vino padanya.

"Sini, duduk." Viny tersenyum manis pada Vino.

"Main gitar lagi dong. Kakak bosen nungguin kamu pulang latihan, lama banget" Vino tersenyum saat melihat wajah cemberut Kakaknya.

Biasanya Vino akan mengajak Viny jika hanya latihan band bersama sahabatnya. Tapi hari ini berbeda. Vino sengaja tidak membawa Viny karena ada seseorang yang sengaja datang ke tempat latihan band Vino, hanya untuk mendekati Viny. Dan Vino terang-terangan menunjukkan sikap tidak suka nya pada orang tersebut. Bagi Vino, pria playboy sepertinya harus di jauhkan sejauh mungkin dari Viny.

Dia, Shani kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang