19

1.9K 184 59
                                    

Sudah sebulan semenjak pertemuan Vino dan Shani. Dan dua hari belakangan ini Shani benar-benar aneh.

Ia terus memperhatikan seorang laki-laki yang datang hanya untuk sekedar meminum kopi dan ia selalu berpakaian rapi.

"Cih, Apa menariknya dia" Cibir Vino.
Ia tidak suka saat Shani terus mencuri-curi pandang pada laki-laki itu.

'Jangan suka memperhatikan orang asing. Itu berbahaya'

Vino mengirimkan chat pada Shani. Tapi, Vino melupakan satu hal..

Shani berdiri dari tempatnya lalu berjalan menghampiri Vino.

"Vino, ini bacanya apa?" Tanya Shani dengan wajah polosnya, ia memberikan ponselnya pada Vino yang menampilkan pesan Vino barusan.

Vino menepuk keningnya. Ia melupakan jika Shani tidak bisa membaca dengan lancar.

Bukan Vino tidak mengajari Shani. Tapi, setiap membeli buku untuk belajar membaca. Shani selalu membeli buku resep masakan. Dan ia hanya tertarik membaca nama dari jenis makanan itu, tidak dengan tulisan yang lain. Setelah membaca nama masakannya, ia akan fokus pada gambar dari makanan itu.

"Jangan melihat orang yang gak kamu kenal kayak gitu. Nanti kalau kamu di culik gimana?" Ucap Vino menakut-nakuti Shani.

"Di culik? Di culik itu apa?" Shani kurang mengerti dengan ucapan Vino.

"Kalau di culik itu, nanti kamu di bawa pergi sama orang yang gak kamu kenal. Kamu di kurung di ruangan gelap, di ikat, di siksa, atau di perko... Gak di kasih makan. Emang kamu mau?" Jelas Vino. Untung saja ia tidak keceplosan dengan satu ancaman itu dan segera menggantinya dengan yang lain.

"Hiiih, aku tidak mau" Shani menutup kedua telinganya dengan dua tangan sambil menggelengkan kepalanya.

"Nah, kalau gak mau di culik. Jangan jauh-jauh dari aku, dan jangan suka liatin orang yang gak kamu kenal" Shani mengangguk paham.

"Maaf, bisa pesan satu lagi?" Ucap Laki-laki asing yang menjadi topik bahasan Vino dan Shani.

"Tunggu sebentar" Vino mencoba kembali bersikap ramah pada pelanggannya.

"Kamu kembali lagi sana" Shani kembali mengangguk lalu berjalan menuju ke meja nya.

Laki-laki itu memperhatikan Shani yang kembali duduk di meja nya.

'Sudah lama kita tidak bertemu, ternyata kau baik-baik saja disini.'

"Permisi, ini pesanan Anda" Ucap Vino.

"Terimakasih" Ucapnya. Ia menyesap kopi nya lalu kembali meletakkan nya di meja.

"Kalung yang bagus" Vino menatap heran pada pelanggannya yang satu ini.

Matanya cukup jeli melihat kalung yang Vino gunakan.

"Terimakasih" Vino yang niatnya ingin kembali ke tempatnya pun batal.

"Apa kau tidak keberatan menemaniku disini? Kurasa kau juga punya sesuatu yang ingin kau bicarakan denganku nantinya" laki-laki itu bersandar dengan santai lalu melipat kaki kiri di atas kaki kanannya.

Vino menarik kursi lain lalu duduk di hadapannya lalu duduk. Ia mulai penasaran dengan orang yang tengah tersenyum tipis padanya.

"Ternyata mata Anda cukup jeli untuk melihat kalung yang Saya pakai" Ucap Vino. Karena, jika hanya di perhatikan sekilas. Vino tidak akan terlihat mengenakan kalung.

Bukannya menjawab, laki-laki itu justru mengulurkan tangannya pada Vino.

"Kurasa, kita perlu mengetahui nama satu sama lain. Fransisco, Kau bisa memanggilku Frans" Laki-laki bernama Frans itu tersenyum, menampakkan gigi gingsul miliknya.

"Vino" Mereka saling berjabat tangan.

"Ku pikir kau akan menanyakan kenapa aku memperhatikan teman mu. Tapi ternyata pertanyaan tentang bagaimana aku melihat kalung mu itu jauh lebih menarik."

"Jangan membuat Saya semakin berpikiran negatif tentang Anda" Ucap Vino dengan tegas.

"Tipe laki-laki yang penuh curiga dan waspada" Ucap Frans lalu menyesap kembali kopinya.

"Saya bahkan tidak menyesal jika harus di pecat dari pekerjaan Saya hanya untuk membuat Anda berbicara dengan jelas" Ucap Vino semakin serius.

"Kau ingin aku serius? Ingin mengetahui tujuanku? Aku hanya ingin dia" Ucap Frans.

Frans menegakkan punggungnya lalu mencondongkan tubuhnya kearah Vino.

"Dia milikku, kau tidak pantas bersamanya. Hanya aku yang bisa menjaganya dengan baik" Ucap Frans nyaris berbisik.

Kedua laki-laki ini saling melemparkan tatapan tajamnya.

"Vino"

Vino menoleh pada Shani yang saat ini sudah berada di sampingnya.

"Ya, Shan?" Vino merubah ekspresi wajahnya agar terlihat biasa saja di depan Shani.

"Vino juga tidak boleh bicara dengan orang yang tidak di kenal. Nanti Vino di culik dan tidak di kasih makan" Ucap Shani khawatir. Ia takut jika Vino sampai di culik.

"Hahaha.. Kau mengajarinya cukup baik. Tapi, bukan seperti itu caranya" Ucap Frans.

Ia menoleh kearah Shani, lalu tersenyum.

"Halo, aku Frans. Aku sudah memperhatikanmu sejak lama. Apa.."

"Ayo, Shan. Kita tidak boleh lama-lama berbicara dengan orang tidak di kenal" Vino menarik tangan Shani menjauh dari meja Frans.
Vino curiga, jika Frans ini adalah salah satu dari sekian laki-laki yang mencoba mendekati Shani. Dan suka mengambil foto Shani diam-diam dengan ponselnya.

Ia tidak perduli, jika pelanggan nya itu merasa tersinggung atau tidak. Yang terpenting bagi Vino adalah, mereka jauh dari laki-laki bernama Frans itu.

"Kamu kenapa nyusul aku?"

"Aku takut Vino di culik. Nanti aku tinggal sama siapa, kalau Vino tidak ada?" Ucap Shani, matanya berkaca-kaca. Ia benar-benar takut kalau Vino akan di culik.

"Eh, jangan nangis." Vino memeluk Shani untuk menenangkannya.

"Kalau Vino di culik, bilang ke aku ya. Biar aku tau, Vino di bawa kemana." Ucap Shani.

"Iya, kalau aku di culik. Aku ngomong" Meski terdengar konyol, tapi setidaknya itu bisa membuat Shani tidak khawatir lagi.

'Aku yang akan mendapatkannya, dan kalung itu. Aku bertaruh itu bukan miliknya' Batin Frans.

Vino melirik kearah meja yang sebelumnya di tempati oleh Frans. Tapi, laki-laki itu sudah tidak ada di tempatnya.

Vino bersumpah akan menjauhkan Frans dari Shani. Jangankan untuk mengobrol, berada di sekitar Shani saja Vino tidak akan membiarkan hal itu terjadi.









😌I'm Back 😎

Gimana?

Wah, si Frans nyari masalah nih.. Belum tau aja kalau Vino ngamuk gimana.. 😏😏

Ini Vino ngejaga atau cemburu nih? 😆😆

Sabar ya, buat cerita masa lalu Shani.. Pasti di ceritain kok. 😀
Pada kepo ya? 😁😂

See Ya 🙋
Salam Team GreTa-VinShan-BebNju

Dia, Shani kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang