48

1.9K 198 48
                                    

"Nan, lo kenapa?" Tanya Vino, ketika tiba di ruangan Jinan yang sangat berantakan.

"Gue tinggal lo berdua ya?" Cindy melepaskan pelukannya pada Jinan dan membiarkannya berdua dengan Vino.

"Shani ikut aku yuk, kita beli ice cream." Shani mengangguk dengan semangat.

Setelah Cindy dan Shani pergi, Vino melangkah mendekati Jinan yang masih terduduk di sofa ruang kerjanya.

Setelah Cindy dan Shani pergi, Vino melangkah mendekati Jinan yang masih terduduk di sofa ruang kerjanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Ya anggap aja begitu ruang kerjanya ya*

"Lo kenapa?"

"Ada yang curangin gue. Gue udah optimis banget sama proyek kali ini dan gue yakin bakal sukses. Dan kalau ini berhasil, perusahaan itu bakal hidup lagi dan gue bisa nikahin Cindy. Gue udah janji sama dia, Vin" Keluh Jinan. Meski Cindy masih mau bersabar menunggunya, tapi ia merasa tidak enak karena terlalu lama membuang waktu.

"Gue sama Okta bisa bantu lo, kita bakal selesaiin ini bareng-bareng. Lo tenang ya? Cindy pasti ngerti. Lo pasti bisa ngelewatin ini sekali lagi, dan kita sama-sama pastiin gak akan ada kegagalan lagi." Ucap Vino.

"Menurut lo Cindy gak akan marah ke gue?" Vino menggeleng.

"Lo lupa? Dia yang paling dewasa diantara kita semua." Jinan tersenyum tipis ketika wajah Cindy tiba-tiba melintas di pikirannya.

"Ya, lo bener. Dia pasti ngerti kalau gue bicarain baik-baik." Vino menepuk pundak Jinan.

"Lagian, gue belum siap nikah. Lo tau sendiri kan? Shani pengen banget nikah bareng semuanya." Jinan mengangguk.

"Kalau diinget-inget lagi, Shani udah banyak berubah ya sekarang, dibanding dari pertama kita ketemu dia"

"Iya, tingkahnya semakin ngingatin gue sama Kak Viny." Jinan diam. Ia bingung harus bersikap seperti apa jika sudah membahas Viny.

"Santai aja sih mukanya, gue udah bisa nerima kepergian Kak Viny. Tentu karena adanya Shani disamping gue."

"Bagus lah kalau gitu."

"VINOO..."

Jinan dan Vino sama-sama menoleh ketika mendengar suara Shani yang sangat keras.

"Ada apa Shan?"

"Cindy katanya mau nikah dipantai. Aku juga mau, aku gak akan main ke tengah laut. Aku cuma main di pinggirnya aja kok. Boleh ya?" Shani menyatukan kedua tangannya memohon pada Vino.

"Shan, Cindy bilang apa ke kamu?" Tanya Jinan.

"Kalian mau nikah dipantai"

"Terus udah tau mau nikah, kenapa kamu sempet-sempetnya mikir main air?"

"Karena lagi di pantai, orang ke pantai buat apa kalau gak main air?" Jinan memejamkan matanya.

"Bener Vin, lo jangan cepet-cepet nikah sama Shani. Biarin dia ngerti dulu baru lu nikahin" Ucap Jinan. Ia berbalik dan membereskan kembali berkas-berkas yang berserakan di lantai.

Dia, Shani kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang