62

1.1K 110 23
                                    

Jika boleh, Vino ingin menjauh dari orang tuanya agar ia tidak perlu mendengar mereka terus menggoda Shani dan dirinya perihal malam pertama mereka.

"Mama sama Mami kok ngebahas itu mulu sih. Entar aku beneran bawa Shani pergi dari rumah loh"

"Kok kamu yang ngatur? Pokoknya Shani sama kamu tetep tinggal di rumah. Gak ada protes-protes" Ucap Shania

"Ya kalau gitu Mama juga berhenti dong bahas itu"

"Kan kita ngobrolnya sama Shani, bukan sama kamu."

"Tapi aku kan denger, Ma" Vino sudah tampak frustasi juga malu karena itu.

"Ya sudah, sebelum Papa juga mikir kemana-mana. Mending kita pindah meja aja? Ada sesuatu yang mau Papa bahas sama kamu" Ucap Boby. Ia mengajak Vino pergi, tak lupa juga membawa minuman mereka masing-masing.

"Jangan terlalu dipikirin ya, Sayang. Mama emang lagi kebanyakan tidur. Makanya nanya yang aneh-aneh" Ucap Vino. Ia mengecup pipi Shani sebelum ia pergi bersama Papa nya.

"Ada apa, Pa?"

"Maklumin aja. Mama sama Mami kamu udah ngebet momong cucu."

"Ya tapi gak didepan Vino dan di tempat umum juga nanya nya, Pa." keluh Vino.

"Hahaha.. Siapa yang bisa hentiin keinginan Mama kamu kalau udah sesemangat itu? Papa angkat tangan deh." Boby menyesap kopi miliknya.

"Papa dengar kamu sedang memikirkan tentang tawaran Shani yang ingin terjun ke dunia modeling."

Vino mengangguk dengan ekspresi wajah khawatir.

"Lalu?"

"Aku setuju asal mereka menyetujui tiga syarat dari aku."

"Aku mau manager pribadi Shani adalah Gracia. Gak mengambil job dengan busana yang terlalu terbuka, dan aku mau dia diberi kebebasan untuk memilih job nya"

"Loh. Permintaan kamu itu gak mungkin diterima perusahaannya. Terlalu berat sebelah. Dan lagi, karir Shani gak akan berkembang kalau seperti itu."

"Itu tujuannya. Kalau dia gak diterima, Shani bebas. Aku masih bisa memenuhi kebutuhan Shani. Dan kalaupun dia diterima, aku gak mau dia benar-benar terkenal sampai seperti model profesional, karena itu bakal bikin dia gak nyaman. Ruang geraknya terbatas."

"Ya sudah, kalau itu keputusan kamu. Lagipula, kamu suaminya dan berhak atas Shani." Vino mengangguk. Ia merasa lega karena Papa nya mengerti maksud dan tujuannya.

Saat Vino sedang meminum jus alpukat miliknya, tanpa di duga sebelumnya. Boby justru menanyakan hal yang mengejutkan, hingga membuat Vino tersedak.

"Gimana? Kamu ngikutin tips dan tutorial dari Papa gak?"

"PAPA!!" Vino memijat keningnya lalu menghembuskan nafas.

"Capek aku" Vino berdiri dari tempatnya, menghampiri Shani.

"Ayo kita jalan. Bisa setres aku lama-lama disini." ucap Vino. Shani yang bingung itu pasrah saja dibawa pergi oleh Vino.

"Kamu ngapain Vino sih?!" Kesal Shania karena Vino membawa pergi Shani. Ia masih ingin bertanya lebih dalam lagi.

"Jangan bilang kamu nanya soal posisi..... Sayang"

"Hehehe, aku cuma"

"Sudahlah. Ayo kita shopping. Tinggalin aja orangtua tidak peka ini." ucap Shania. Ia mengajak Ochi pergi meninggalkan Boby.

"Loh kok? Padahal yang dari awal mancing emosi Vino sama bahasan kayak gitu kan dia" gumam Boby.

Boby berbalik hendak kembali ke tempat duduk mereka sebelumnya sambil menikmati pemandangan sekitar. Namun, baru saja ia duduk. Kedua tangannya sudah ditarik.

Dia, Shani kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang