2

4.2K 246 37
                                    

Setiba di villa milik Jinan. Udara sejuk, pemandangan yang indah di sekitar benar-benar memanjakan mata mereka.

"Selamat datang Tuan, Nona" Sapa dua orang penjaga villa itu dengan ramah.

"Biar Saya bawakan barangnya Tuan" ucap salah seorang penjaga villa bernama Edi

"Saya bisa sendiri, Pak" Vino memberikan senyum tipisnya.

"Gue harap kalian gak usah peduliin mereka. Itu sudah resiko mereka karena tetap mengikuti sampai disini." Ucap Vino dengan tegas. Ia sangat benci jika terus dibuntuti kemanapun ia pergi.

Vino membawa barang-barang miliknya memasuki villa.
Jinan, Cindy, Okta dan juga Gracia hanya diam. Mereka sadar, mood sahabat mereka itu sedang tidak baik. Dan mereka tau pasti apa penyebabnya.

"Maafin ya Pak, dia emang gitu orangnya" Ucap Okta yang merasa tidak enak.

"Tidak apa-apa, Tuan. Kami mengerti" Ucap Pak Edi.

"Lah, itu bocah kemana?" Okta melihat ke sekitar. Ia tidak menemukan Vino. Ia pikir Vino sedang bermalas-malasan di sofa ruang tengah.

"Mungkin dia..."

"NAN, GUE NGAMBIL KAMAR DI ATAS YA" Si biang rusuh itu selalu saja seperti itu.

"Tolong antarkan mereka" Ucap Jinan. Lalu ia mengangkat tas nya dan juga tas milik Cindy.

Mereka memilih untuk istirahat di kamar masing-masing sebelum mereka melakukan kegiatan bersama.

Bosan.
Itulah yang Vino rasakan. Ia memilih untuk berkeliling villa.

"Bagus banget nih tempat, mendingan gue jalan-jalan dulu deh." Ucap Vino.

Vino terus berjalan mengikuti kemana langkah kakinya akan pergi membawanya.

Lama berjalan, Vino tak sadar ia sudah pergi terlalu jauh dari villa. Mendengar suara air, membuatnya semakin bersemangat untuk menemukan sumber suara tersebut.

'Ini yang gue butuhin' Batin Vino
Kini di depan matanya, sudah terpampang jelas sebuah sungai yang jernih di tengah hutan.
Membuatnya merasa tenang berada disana.

10 menit..

20 menit..

1 jam..

Vino masih betah berdiam, duduk di atas batu besar pinggir sungai.
Saat ingin kembali ke villa, ekor matanya tak sengaja menangkap sekilas cahaya putih lalu pergerakan dari semak-semak.

Meski merasa takut, namun rasa penasarannya jauh lebih besar.
Dengan hati-hati, Vino menghampiri sesuatu yang berhasil menyita perhatiannya.

Betapa terkejutnya Vino saat melihat yang ia temukan.
Seorang gadis dengan pakaian yang aneh dan miliknya

Vino membalik tubuh gadis itu untuk melihat wajahnya dan juga memastikan apakah gadis itu masih hidup atau tidak.

"Dia masih hidup" Vino menepuk-nepuk pipi gadis itu agar ia lekas sadar. Namun, nihil. Gadis itu masih memejamkan matanya.
Tanpa berpikir panjang. Vino langsung mengangkat tubuh gadis itu untuk ia bawa ke villa.

~~~

"Jangan membuatku semakin marah" Ucap Vino pada dua pria berjas hitam yang menghalangi jalannya.

"Maaf Tuan. Tapi kami hanya ingin menjalankan tugas dari.."

"Persetan dengan bos kalian. Minggir atau gue bakal matahin kaki dan tangan lo"

Entah mengapa, Vino jadi se-emosi ini hanya karena jalannya terhalang.

"Vin. Lo darimana? Kita nyariin lo. Lah, lo nemu cewek dimana?" Tanya Okta.

Vino diam. Ia ingin segera sampai di villa. Saat pria berjas hitam itu hendak menghalangi Vino. Jinan menahan pundak salah satu di antara mereka dan memberi isyarat agar pria itu tidak ikut campur.

Vino kembali melanjutkan langkahnya, berjalan cepat menuju villa. Disusul oleh Jinan dan juga Okta.

"Vin, itu siapa?" Tanya Cindy yang baru keluar dari dapur.

"Lo ikut gue, Cind" Vino membawa gadis itu ke kamarnya.

"Gue minta tolong ke lo untuk gantiin pakaiannya dan bersihin badannya. Nanti gue ceritain" Ucap Vino setelah membaringkan tubuh gadis yang baru saja ia temukan, itu di ranjang miliknya.

Tak ada bantahan, Cindy langsung mengerjakan apa yang Vino minta padanya. Ia keluar untuk mengambilkan pakaian miliknya untuk gadis yang dibawa oleh Vino.

Karena sejujurnya, ia juga kasihan dengan kondisi gadis itu. Pakaiannya yang kotor, kaki yang banyak luka, dan juga ada luka di keningnya.

Vino meninggalkan kamar itu saat Cindy bersama Gracia datang untuk mengurus gadis yang ditolongnya itu.

"Vin.." panggil Okta. Vino yang sedang mengistirahatkan tubuhnya di sofa itu pun membuka matanya dan menegakkan tubuhnya, yang sebelumnya menyandar pada punggung sofa.

Jinan dan Okta duduk masing-masing di sisi kiri dan kanan Vino.

"Kalau lo berdua mau tanya itu cewek darimana, jujur gue gak tau asalnya darimana. Gue nemuin dia pingsan di hutan. Dan yang anehnya, tuh cewek muncul setelah cahaya putih hilang dari sana" Jelas Vino.

"Cahaya putih?" Vino mengangguk.

"Jangan-jangan dia setan lagi" celetuk Okta. Membuat ia mendapatkan jitakan dari Jinan dan Vino.

"Sembarangan aja kalau ngomong" Ucap Vino.

Ditengah asiknya obrolan mereka, tiba-tiba saja para lelaki yang berada di ruang tengah villa itu dikejutkan dengan suara teriakan dari lantai atas.
Ketiganya langsung berlari menuju lantai dua, tepatnya di kamar Vino.

"Cindy" "Gre"

Vino, Jinan dan Okta tidak mengerti apa yang sedang terjadi.
Ketika mereka masuk ke dalam kamar, kondisi kamar berantakan dan mereka melihat gadis yang ditolong oleh Vini sedang berjongkok di sudut ruangan sambil menutupi kedua telinganya dengan tangan.

Setiap Cindy ataupun Gracia berusaha mendekat, maka gadis itu akan berteriak ketakutan.

"Kenapa Gre? Kamu gak apa-apa?" tanya Okta.

"Kita baru aja selesai gantiin bajunya dan dia bangun dan nyari-nyari kalung. Kita gak tau kalung apa, kita gak ada nemuin kalung" Jelas Gracia.

Mendengar penjelasan Gracia, Vino dengan perlahan mulai mendekat.

"Hei, tenang. Kita orang baik, gue yang nyelamatin lo tad" Ucap Vino. Gadis itu semakin ketakutan kala Vino semakin dekat dengannya.

"Ini, gue nyimpen kalung lo kok. Maaf gue pakai tadi. Soalnya gue takut hilang. Nih, gue balikin" Perlahan gadis itu mengangkat wajahnya melihat kearah Vino.

"K-kau ti-tidak sakit?" Tanya gadis itu dengan suara pelan.

"Aku baik-baik saja" Gadis itu terlihat lebih santai dari sebelumnya. Vino pun berjongkok di depan gadis itu dan memberikan kalung milik gadis itu.

Namun, bukannya mengambil kalung di tangan Vino. Gadis itu malah memeluk Vino dengan sangat erat.
Membuat semua yang berada di kamar itu terkejut dan juga heran, termasuk Vino sendiri.

Tangan Vino terangkat untuk mengusap kepala gadis itu.

"Mereka lucu ya, Ji" Bisik Cindy.
Jinan hanya mengangguk, matanya fokus memperhatikan Vino dan gadis asing itu.

"Namamu siapa?" Tanya Vino.

Gadis asing itu melonggarkan pelukannya lalu menatap wajah Vino sejenak sebelum menjawab.

"Na-ma? Nama itu apa?"

'Ada apa dengan gadis ini?' Batin Vino.


😌I'm Back 😎

Gimana?

Ada yang bisa menebak alur ceritanya?
Atau teringat dengan sebuah drama?

See Ya 🙋
Salam Team GreTa&VinShan 

Dia, Shani kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang