14

2.1K 194 56
                                    

Setiba di rumah Jinan, suasana masih sama. Jinan dan Cindy masih betah saling diam. Okta pun tidak berani mengeluarkan suaranya karena ia juga terlibat dalam rencana gila Jinan. Bahkan dia juga yang membuat luka di sudut bibir Jinan.

"Ota, ini kita mau sampai kapan diem-diem gini?" Bisik Gracia.

"Gak tau, Gre. Aku gak berani. Mereka itu sama-sama nyereminnya kalau lagi marah" Jawab Okta.

"Cindy" Panggil Shani.

"Ya? Kenapa, Shan?" Cindy menghampiri Shani yang terlihat seperti mencari sesuatu.

"Ayam gorengnya mana? Katanya, aku disini mau makan ayam goreng sampai Vino datang" Tanya Shani wajah polosnya.

Jinan menepuk keningnya. Ia lupa memesan makanan untuk Shani.

"Ta, gue lupa. Lu akalin aja dulu, gue pesen dulu. Dan gue usahain cepet" Bisik Jinan sebelum ia menjauh untuk memerintahkan pelayannya memesan makanan.

"Shan, kita ke dapur yuk. Bentar lagi ayam gorengnya dateng kok" Ucap Okta.

"Ayam gorengnya darimana? Masih lama sampainya?" Tanya Shani. Ia mengikuti langkah Okta yang menuju dapur rumah Jinan.

"Hmm.. Itu, Ayamnya masih di tangkap dulu. Jadi kamu harus nunggu dulu" Ucap Okta sambil melihat-lihat apa yang bisa ia berikan pada Shani.

"Tuan muda, ada yang bisa Saya bantu?" Tanya seorang pelayan Jinan.

"Ah, ini. Aku mau mencarikan.."

"Ota, kamu malah disini. Bantuin Jinan jelasin ke Cindy sana. Jinan lagi di sidang Cindy tuh diluar" Ucap Gracia.

"Bentar ya" Okta kembali menghadap pada pelayan rumah Jinan.

"Tolong masakan dia makanan yang terbuat dari daging sapi atau ayam, gak usah masak yang ribet. Masakan yang gampang aja biar cepet, dia udah laper. Makasih" Ucap Okta dalam sekali tarikan nafas. Lalu ia mengikuti Gracia untuk membantu Jinan menjelaskan apa yang sudah terjadi.

"Nona, Anda bisa menunggu di meja makan. Biar Saya yang memasak di sini."Ucap pelayan itu

"Nama aku Shani, bukan Nona. Itu nama pemberian dari  Vino. Aku tidak mau nama yang lain" Pelayan itu tampak bingung dengan ucapan Shani.

"Apa aku boleh melihatmu memasak?" Tanya Shani. 

Pelayan itu hanya mengangguk, ia merasa sedikit aneh dengan sikap Shani. Pelayan itu mulai mengeluarkan bahan-bahan dari dalam kulkas.

Shani memperhatikan wanita yang diminta untuk memasakkan makanan untuknya itu. Sebenarnya, ia ingin bertanya sesuatu padanya. Tapi, wanita itu tampak serius dengan pekerjaannya, dan Shani tidak ingin mengganggu. Biarlah ia menahan rasa penasarannya yang terpenting adalah, wanita itu bisa memasak dengan cepat dan enak seperti Vino.

~~~

Pukul 16:15 Vino sudah tiba di rumah Jinan. Setelah memarkirkan motornya, Vino berjalan masuk ke dalam rumah Jinan untuk bertemu dengan sahabat-sahabatnya dan juga Shani.

"Vino" Shani langsung berlari dan memeluk Vino.

"Aku lama ya?" Tanya Vino. Shani menggeleng lalu menunjukkan potongan ayam goreng di tangannya.

"Jinan membelikan aku banyak Ayam, kami juga menonton film yang lucu" Shani melaporkan kegiatannya pada Vino dengan penuh semangat.

"Sudah bilang terimakasih?" Shani mengangguk. Tentu ia mengingat pesan Vino padanya.

'Kalau dapat hadiah dari sahabat aku. Jangan lupa bilang terimakasih'

"Gila, Vin. Shani makannya banyak banget" Vino menepuk keningnya saat melihat ke arah tumpukan kotak makanan yang telah habis itu.

Dia, Shani kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang