17

2.3K 191 70
                                    

"Gak usah deket-deket. Lo berani jalan deket kita, gue aduin ke Oma. Biar lo berdua di pecat. Mau lo?"

Kedua bodyguard itu pun mundur, mereka tidak ingin kehilangan pekerjaan mereka hanya karena masalah yang sepele.

Jinan dan Vino hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Okta.

Okta sama dengan kedua sahabatnya. Mereka sama-sama tidak suka dikawal atau di pantau setiap saat. Dan mungkin, semua orang tidak suka diperlakukan seperti itu.

Sejak berumur lima tahun, Okta sudah kehilangan kedua orangtuanya. Selama ini, ia dibesarkan oleh Oma nya.

Mama nya meninggal saat melahirkannya, dan Papa nya meninggal di hari yang sama. Karena kecelakaan mobil.

Dari yang Okta dengar dari Oma nya. Papa nya yang sedang mengurus bisnisnya di luar kota itu, menerobos hujan lebat di malam hari hanya untuk menemani proses persalinan istrinya.

Karena itulah, Oma nya selalu memanjakan Okta. Selalu menganggapnya seperti bayi kecil yang harus selalu mendapat perhatian darinya.

Tak ada kata 'Tidak' untuk permintaan seorang Okta. Bahkan hubungannya dengan Gracia pun, Oma nya mau tidak mau harus merestuinya.

"Kita pulang aja ya?" Ucap Gracia.

"Tenang aja. Oma gak akan marah, kalaupun Oma marah. Aku bisa ngatasin itu dengan mudah. Dah, yuk jalan lagi" Ucap Okta dengan santainya.

Ingatan mereka kembali pada kejadian beberapa tahun yang lalu. Saat Oma nya tau, jika Okta memiliki kekasih. Okta yang terbiasa memanjakan Gracia pun melakukan hal yang sama di depan Oma nya. Pada saat makan siang mereka. Awalnya Oma nya terlihat biasa saja. Namun saat Okta pulang sehabis mengantar Gracia pulang. Oma nya tiba-tiba mengatakan agar Okta mengakhiri hubungannya dengan Gracia. Dan terjadilah pertengkaran yang sedikit kekanakan itu.

-Flashback

"Okta, Oma mau bicara" Okta duduk di samping Oma nya.

"Ada apa Oma?"

"Oma ingin, kamu mengakhiri hubungan kamu dengan gadis itu"

"Loh, kok Oma gitu? Okta kan cinta nya sama Gre. Gak ah, gak mau" Bantah Okta.

"Gadis itu tidak bisa mengurusmu, makan siang tadi saja kamu yang mengambilkan makanan untuknya. Oma ingin kamu menjalin hubungan dengan perempuan yang baik dan bisa mengurus semua kebutuhan kamu"

"Gre juga perempuan baik-baik, itu karena Okta yang mau manjain Gre. Bukan karena Gre gak bisa ngurus Okta" Okta masih tidak ingin mengalah.

"Kamu tidak perlu membelanya seperti itu. Melihat sikap kalian, Oma bisa menebak kalau kamu selalu memanjakan dia"

"Gre juga sering manjain Okta. Kalau Okta sakit, Okta di bawain makanan dari rumahnya, Okta di suapin, Okta di kompresin kepalanya, Okta di bolehin tidur di pahanya. Pokoknya, Okta gak mau kalau putus sama Gre, titik gak pake koma." Okta pergi meninggalkan Oma nya dan masuk ke kamarnya.

~~~

Keesokan paginya, Okta tidak ingin keluar kamarnya. Oma nya pun hanya sarapan seorang diri.

"Antarkan makanan ke kamar cucu ku. Ini sudah jam sepuluh dan dia belum makan"

"Baik nyonya" Pelayan itu pun bergegas pergi untuk mengantarkan makanan pada Tuan muda nya.

Sepuluh menit berlalu, pelayan itu kembali dengan nampan yang masih utuh.

"Tuan muda tidak ingin makan, Nyonya.  Tuan muda bilang, ia tidak akan makan dan minum jika Nyonya tidak memberikan restu. Dan Tuan muda juga mengatakan kalau saat ini Tuan muda sedang marah kepada Nyonya"  Raut wajah wanita paruh baya itu tampak khawatir.

Dia, Shani kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang