40

2K 199 73
                                    

"Vino, itu Mama kok mandi tapi gak buka baju?" Tanya Shani.

"Mama gak Mandi, Shan. Itu namanya di creambath. Itu rambut Mama cuma dicuci gitu, jadi gak perlu buka baju" jelas Vino.

"Shani gak mau perawatan juga?" Tanya Okta. Shani menggeleng.

"Aku tadi udah mandi. Aku gak mau mandi lagi. Aku mau di sini aja sama Vino" Jawab Shani. Sedari tadi, tangannya terus merangkul lengan Vino.

Walau penasaran, Shani tidak berani untuk mencobanya. Melihat rambut Mama Shania yang dicuci, kuku tangan Cindy dan Gracia yang di coret-coret. Shani tidak mengerti apa manfaat dari itu semua.
Shani akan menanyakannya nanti. Jika itu bisa membuatnya senang atau kenyang. Ia juga akan melakukan hal yang sama.

"Kamu mau jalan-jalan?" Tanya Vino

"Mau.. Mau.. Mau"

"Ma, aku sama Shani pergi dulu ya. Nanti kalau selesai duluan, telfon aku aja" Ucap Vino.

"Iya, hati-hati ya. Awas aja kalau berantem sama orang" Ucap Shania memperingati anaknya itu.

"Emangnya Aku mau beratem sama siapa? Mama sok tau deh"

"Ya, siapa tau aja kamu mukulin anak orang yang godain Shani. Liat aja Shani sekarang, duh kayak ngeliat Mama waktu muda dulu"
Vino memasang wajah datarnya dan segera menarik tangan Shani untuk pergi dari tempat itu sebelum teman-temannya juga ikut menggoda dirinya.

Shani benar-benar tidak melepaskan Vino walau hanya satu detik. Ia baru pertama kali merasakan rindu pada seseorang hingga seperti ini.

Vino adalah pemuda tampan yang selalu memanjakannya. Makanan, tempat tinggal, serta pengetahuan baru, semua Vino berikan untuknya.
Dan semakin lama, rasa itu pun tumbuh. Tanpa sepengetahuan Vino. Shani sudah beberapa kali bertanya pada Cindy dan juga Gracia mengenai apa yang ia rasakan kepada Vino.
Dan sebuah jawaban mengejutkan yang ia dapatkan. Kali ini, Shani ingin memastikan kebenarannya.

"Wah, udah lama juga kita keliling-keliling doang. Balik yuk, mungkin aja mereka udah selesai."

"Vino.."

"Kenapa Shan?" Vino menatap wajah samping Shani yang seperti memikirkan sesuatu.

"Kamu mau ngomong apa?" Tanya Vino lagi, karena Shani tidak melanjutkan ucapannya.

"Bagaimana kalau yang Okta dan Gracia bilang itu benar terjadi? Apa benar aku akan ngerasain sakit?"

"Maksud kamu apaan, Shan?" Vino sampai menghentikan langkah nya agar bisa mendapatkan penjelasan secara jelas dari Shani. Mendengar nama Okta dan Gracia, membuat Vino curiga, jika dua sahabatnya itu telah mengajarkan sesuatu yang sulit dipahami oleh Shani.

"Mereka bilang aku lagi jatuh cinta."
Mendengar jawaban Shani, hati Vino menjadi semakin tidak enak.

"Mereka bilang kalau yang aku rasain itu wajar, karena memang begitu adanya. Kalau cinta aku gak berbalas, aku bakal sakit." Jelas Shani.

"K-kamu ci-cinta sama siapa?" Tanya Vino sedikit ragu, karena sepertinya, ia bisa menebak siapa orang yang Shani maksud.

"Aku cinta sama Vino" Jawab Shani tanpa ada keraguan sedikitpun.

Tepat sasaran.
Sekarang, Vino bingung harus menjawab apa.
Ia sendiri belum sepenuhnya yakin pada perasaannya itu.

"Kamu kayaknya salah, Shan. I-itu bukan cinta. Kamu hanya sekedar suka. Suka dan cinta itu adalah dua hal yang berbeda" Jelas Vino. Ia tidak ingin Shani berharap terlalu jauh.

"Bagaimana kalau itu benar? Aku mau nangis karena Vino mau tinggalin aku di rumah Papa Boby" tanya Shani lagi, bahkan Cindy juga pernah mengatakan hal yang sama.

Dia, Shani kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang