32

1.8K 210 58
                                    

"Okta. Kenapa kamu tiba-tiba meminta seperti itu sayang? Pernikahan bukan hal yang main-main." ucap Wanita tua itu.

"Karena pernikahan bukan hal yang main-main, Oma. Okta pengen nunjukin ke Gre, kalau Okta itu serius." Jawab Okta dengan penuh keyakinan.

"Tapi, apa kalian sudah siap? Bahkan kalian masih tergolong muda untuk hal ini"

"Okta yakin, Okta sama Gre itu siap. Gak akan ada masalah yang berarti buat Okta, selama Gre Ada disamping Okta, Oma." Jawab Okta.

Wanita tua itu menghela nafasnya. Ia akhirnya mengangguk. Melarang keinginan cucu nya, hanya akan menambah masalah dan kehebohan di rumah ini.

"Tentukan tanggal baiknya, dan kita akan mengunjungi keluarga Gracia."

Okta terlihat begitu senang. Ia melepaskan genggaman tangannya pada Gracia dan memeluk Oma nya.

"Makasih.. Makasih.. Makasih.. Makasih Oma. Okta sayang banget sama Oma" Ucap Okta dengan gembira.

Ia tidak menyangka Oma nya akan semudah ini memberikan restunya. Mengingat Oma nya tidak pernah menyukai kekasihnya itu.

Padahal, sebelum tiba di rumahnya. Okta sudah menyiapkan seribu strategi untuk berdebat dengan Oma nya. Karena apapun yang terjadi, ia akan tetap pada keinginan nya. Yaitu menikah dengan Gracia.

"Sama-sama. Oma bahagia kalau cucu kesayangan Oma ini bahagia. Kamu bahagia kan sekarang?" Okta melepaskan pelukannya. Lalu menatap wajah wanita yang telah berjasa besar merawatnya sejak kecil itu.

Ia ingin menunjukkan wajah bahagia nya pada sang Oma.

"Okta sangat sangat sangat amat bahagia, Oma." Okta tersenyum lebar.

"Okta ngerasa jadi laki-laki paling beruntung bisa dapetin Gre. Apalagi bisa nikahin Gre? Jangan ditanya lagi Oma. Rasanya pengen nyombongin diri ke orang-orang." Ucapan Okta itu mampu membuat wanita tua itu terkekeh geli mendengarnya.

"Gracia.."

"I-iya Oma?"

"Apa kamu bahagia akan menikah dengan Okta?" Gracia melirik sekilas pada Okta yang sedang tersenyum kearahnya.

"Iya, Oma" Jawab Gracia. Jujur saja, jauh dalam hatinya. Ia masih menyimpan sedikit rasa takut jika sudah berhadapan dengan wanita yang sudah berperan sebagai Nenek, ayah dan juga ibu bagi Okta.

"Kalau kamu bahagia seperti Okta. Kenapa tidak kemari dan peluk Oma mu ini?" Gracia sedikit terkejut mendengarnya.

Dengan perlahan Gracia mendekat lalu memeluk wanita paruh baya itu. Senyum Okta semakin mengembangkan senyumnya.

"Hahaha.. Aku bahagia banget. Nantinya aku punya dua wanita yang aku cintai tinggal di rumah ini" Ucap Okta lalu memeluk Oma nya dan juga Gracia.

Selesai mengobrol tentang rencana mereka kedepannya. Okta kembali berpamitan pada Oma nya untuk mengantarkan Gracia pulang ke rumahnya.

Okta menghentikan langkahnya tepat di depan pintu rumahnya. Ada yang aneh dengan kekasihnya. Dan Okta ingin tau, apa yang mengganggu pikiran Gracia saat ini.

"Gre? Kok diem aja? Kamu... Aduh, kok main pukul sih?" Okta mengusap-usap lengannya yang baru saja mendapatkan hadiah pukulan dari Gracia.

"Kamu kenapa dadakan banget sih? Aku kaget tau gak, nyebelin ih" Gracia kembali melayangkan pukulannya pada Okta untuk melampiaskan kekesalannya.

"KDRT.. KDRT.. Ini udah masuk tindak kekerasan dalam rumah tangga." Ucap Okta sambil mencoba menahan tangan Gracia.

"Kita belum nikah ya, jadi gak ada namanya KDRT." Gracia masih memukuli lengan Okta untuk melampiaskan kekesalannya.

Dia, Shani kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang