28

1.8K 201 29
                                    

Setelah seminggu dirawat, di rumah sakit. Akhirnya Vino bisa keluar dari rumah sakit yang menyiksanya dengan rasa bosan itu.

"Pulang kerumah ya, Vin.." Ajak Shania.

Mungkin, jika tidak ada Papa dan juga Mama tirinya. Vino akan mengatakan 'Ya'. Tapi, melihat keduanya yang sedang asik membicarakan sesuatu. Vino mengurungkan niatnya.

"Gak, Ma. Aku mau pulang ke rumah aku aja bareng Shani. Lagian, aku juga masih ada urusan yang harus aku selesaikan" Wajah Shania tampak murung.

Vino berdiri dari duduknya lalu memluk Mama nya.

"Jangan sedih gitu ah. Aku gak suka liat Mama gitu. Nanti, setelah urusan aku selesai. Aku mau mau kerumah, kita makan bareng Shani." Bisik Vino.

"Nanti.."

"Gak, gak ada sama yang lain. Aku cuma ngajakin Mama. Bukan yang lain" Sela Vino yang sudah tau maksud dari ucapan yang akan dilontarkan oleh Mama nya itu.

"Huft.." Shania mengangguk pelan. Percuma ia memaksakan kehendaknya. Anaknya itu akan tetap melakukan apa yang dia inginkan. Benar-benar keras kepala, seperti Papa nya.

"Kita pulang sekarang?" Tanya Boby.

"Maaf. Tapi, Saya pulang dengan sahabat Saya." Ucap Vino.

Ucapan Vino itu, sukses membungkam Boby.
Tak lama. Okta dan Jinan muncul membuat mereka mengalihkan pandangannya ke pintu.

"Udah siap, Vin?" Vino mengangguk.

"Gimana?" Tanya Vino.

"Aman, bos kita udah bayar" jawab Okta.

Jinan dan Okta pun mengangkat barang-barang milik Vino. Setelah itu, Vino ikut keluar menyusul kedua Sahabatnya dengan membawa Mama nya ikut dengannya.

~~~

"Lo yakin mau langsung nyelesaiin ini, Vin?" Okta khawatir pada kondisi Vino.

"Yakin gue. Tenang aja, gue gak selemah itu" ucap Vino lalu keluar dari mobil Jinan, setelah mobil itu terparkir di depan rumahnya.

Beruntung Shani sedang bersama dengan Cindy dan juga Gracia. Jadi, ia tidak perlu khawatir Shani akan melihat apa yang akan dia lakukan nantinya.

Jinan membuka kunci ruangan tempat Frans berada. Keadaannya masih sama seperti sebelumnya, ia masih terikat di kursi di tengah ruangan.

Vino membuka botol air mineral yang ia bawa sebelum masuk ke ruangan itu, meneguknya sedikit untuk membasahi tenggorokannya. Lalu menyiramkannya pada wajah Frans, hingga laki-laki itu terbangun.

"Gue mau lo cerita, semua tentang Shani. Dan maksud ucapan lo waktu itu" Ucap Vino.

"Cih. Ternyata kau masih hidup"

Vino menutup kembali botol minumnya lalu melemparkan botol yang masih sisa setengah itu dengan kencang tepat di dada Frans membuat Frans meringis kesakitan.

"Gue gak mau buang-buang waktu. Dan lebih baik lo cepetan ngomong" Ucap Vino sambil menatap tajam pada Frans.

"Tahun 1801 dari sanalah aku dan dia berasal."

Vino, Okta dan Jinan terkejut mendengar ucapan Frans. Namun mereka hanya diam, membiarkan Frans menyelesaikan ceritanya.

"Shani adalah anak yang sangat disayangi oleh Nenek ku. Semua para pelayan turut bergembira dengan kehadiran keluarga baru. Namun, keluarga ku tidak menyukainya. Karena harta yang seharusnya untuk kami, berkurang. Karena Nenek ku mengubah surat wasiat nya, dan disana jelas tertulis. Dia mendapatkan delapan puluh persen dari kekayaan Nenek. Bahkan Nenek ku memberikannya kehormatan untuk menggunakan namanya, yang bahkan kami para keturunannya pun tidak mendapat hak istimewa itu." Frans terkekeh pelan. Ia masih mengingat bagaimana wajah kemarahan keluarganya ketika menatap Shani.

Dia, Shani kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang