KekasihHalalku-26

24.3K 1.2K 8
                                    

Athalia membuka kunci mobilnya dan masuk lalu menguncinya dari dalam,dia membuka dashboard dan menemukan secarik kertas yang dilipat menjadi beberapa bagian,dia mengerutkan dahinya dan mulai penasaran,meskipun memang hal yang akan dia lakukan kini adalah tidak dibenarkan namun dia tetap membuka lipatan kertas tersebut dan ternyata itu adalah sebuah surat.

Athalia menutup mulutnya dengan telapak tangannya,dia benar-benar tercengang. Dia memajamkan matanya,dan bebetapa tetes air mata menetes dari kedua pelupuk matanya.

Dengan cepat Athalia kembali melipat kertas tersebut dan menyimpannya didalam dashboard, dia menyandarkan tubuhnya dan memejamkan matanya erat namun sebelumnya dia melepas niqabnya. Dia kembali menangis hingga akhirnya Atha mengetuk jendela mobil,Athalia menyeka air matanya dan membuka kuncinya,Athapun masuk dan duduk dibalik kemudi.

"Nunggu lama,ra?"

Athalia tak menoleh sama sekali "Tidak kok"

Atha mengangguk namun mengerutkan dahinya,dia menyentuh sisi wajah sebelah kiri Athalia dan membuat Athalia menatapnya,dia tercengang saat melihat mata Athalia yang sudah sembap dan hidung yang terlihat memerah "Astaghfirullah... Ira kamu kenapa?"

Athalia menghentakkan lengan Atha dengan pelan dan kembali menatap lurus, dia menggelengkan kepalanya.

"Ya sudah mas tidak akan melajukan mobilnya jika kamu tak ingin berbicara kamu kenapa"

Athalia menghela napas dan memejamkan matanya,dia sudah sangat kesal sekaligus sakit hati kali ini akibat isi surat yang dia baca tadi.

"AKU SUDAH BICARA TAK APA YA ARTINYA AKU BAIK-BAIK SAJA!!"Ucap Athalia dengan tegas,dia sama sekali tak sadar dengan ucapannya.

Atha tersentak,dia tak menyangka dia dibentak oleh istrinya sendiri. Dia menghela napas dan mulai melajukan mobilnya.

Athalia kembali bersandar,dan menatap kosong kearah jalanan disampingnya,dia menggigit bibir bawahnya berusaha menahan isakannya sekuat tenaga agar tak terdengar oleh Atha,namun rasanya itu mustahil terjadi karena pada kenyataannya Atha dengan jelas mendengar isakan memilukan dari Athalia.

Atha menoleh sekejap lalu kembali menatap jalanan dan memfokuskan pandangannya dan pikirannya dengan menyetir,dia merasa ada sesuatu yang Athalia sembunyikan darinya namun dia juga tak ingin membuat semua semakin rumit hanya karena kini dia menanyakannya kepada Athalia,bukan dia tak peduli namun dia akan mencari waktu yang tepat untuk menanyakannya.

Beberapa menit kemudian mobil Atha berhenti diparkiran pesantren khusus keluarga,Athalia menutup wajahnya dengan niqabnya namun tak mengenakannya,dia memakai tasnya dan keluar dari mobil lalu berlalu dengan tergesa sampai-sampai diperjalanan dia berpapasan dengan uminyapun dia sama sekali tak menggubris sapaan yang diberikan uminya justru dia terus berjalan.

Atha menghela napas dalam,diapun keluar dari mobilnya dan berjalan. Dia mencium punggung tangan uminya saat dia berpapasan juga mengucap salam.

"Ira kenapa,tha?"

Atha menggeleng lemah "Atha juga tak tahu umi... Sejak tadi dia menangis.. Atha permisi kerumah dulu,mi. Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam"

Atha berlari menuju rumahnya dan membuka pintu lalu langsung berlalu menuju kamarnya,dia menemukan Athalia yang sudah terbaring diatas ranjang dengan selimut yang menutupi sekujur tubuhnya,dia menyimpan tasnya dan mengeluarkan ponselnya dari saku celananya dan membuka sepatunya lalu menghampiri Athalia,dia menarik pelan selimut Athalia hingga menunjukkan wajah Athalia yang ternyata sudah terlelap.

Atha lagi-lagi menghela,dia memutuskan untuk mengganti pakaiannya saja lalu setelahnya dia membaringkan tubuhnya disamping Athalia,dia terus memperhatikan wajah teduh Athalia dengan lekat,dan mengusap surai rambut Athalia yang dibiarkan tergerai,hingga akhirnya diapun juga terlelap.

Atha kembali membuka matanya saat sudah beberapa menit dia terlelap,dia kembali menatap wajah Athalia dengan lekat.

Dan tak lama dari itu Athalia menggeliat pelan dan membuka matanya,dia mendapati Atha sedang menatapnya. Athalia kembali menutup matanya dan menelentangkan tubuhnya dan menatap langit-langit kamarnya.

Atha menghela napas,dia menenggelamkan wajahnya dileher Athalia,"Kamu kenapa,sayang? Apa ada yang mengganggu pikiranmu tntang diriku hmm,bicarakan saja. Jangan diam seperti ini"ucapnya lirih namun dapat dengan jelas tertangkap oleh indera pendengaran Athalia.

Athalia memejamkan matanya erat,lalu menghela napas lalu kembali membalikkan tubuhnya mengahadap Atha,tatapan mereka beradu cukup lama namun Athalia lagi-lagi menutup matanya,dia tercengang saat tiba-tiba Atha mencium bibirnya singkat,dengan cepat Athalia membuka matanya.

"Apa yang kamu pikirkan?"

Athalia mengerjapkan matanya,"Mas"

"Iya sayang kenapa"

"Apa mas mencintaiku?"ucap Athalia serius.

Atha mengerutkan dahinya "Hey mengapa kamu menanyakan hal ini? Bukankah sudah jrlas bahwa aku memang mencintaimu...Humairaku"

Helaan napas hanya Athalia jadikan sebagai tanggapan atas jawaban yang Atha berikan. Atha mencium dahi Athalia dalam lalu dia menyatukan hidung mereka dalam posisi masih berbaring. "Ada apa,bicara padaku"

Athalia memejamkan matanya dan kembali membukanya,sesekali dia mencium bibir Atha dengan mata yang selalu berkaca-kaca dan sesekali mengekuarkan beberapa tetes air mata,dan itu membuat Atha heran. Athalia tak bisa lagi berkata apapun saat ini selain melakukan hal itu,dia tak ingin kehilangan Atha hanya demi wanita lain meskipun jika dia ikhlas dia sendrii akan mendapat pahala namun dia tak bisa selapang istri-istri Rasulullah yang rela berbagi,dia hanya wanita dan manusia biasa,dia tak sekuat mereka. 

Athalia mendorong dada Atha dengan pelan saat terdengar dering ponsel miliknya,dia bangkit dari tidurnya dan meraih ponselnya,dia mengerutkan dahinya saat melihat nomor yang tak dia kenali sama sekali. Dengan ragu dia menggeser layar ponselnya dan meletakkannya didekat telinganya.

"Assalamu'alaikum,maaf ini dengan siapa?"

"Wa'alaikumsalam... Ira ini kakak.. Silvi"

Athalia diam membeku,benarkah dia orang yang sama ?Batinnya. "Oh iya kak,ada apa?"

"Tidak ada... mmmm ra kakak ingin bercerita tapi nanti saja,kakak ingin berbicara langsung"

Lagi-lagi Athalia meneteskan air matanya,dengan cepat dia menyekanya "Baiklah... Mmm maaf ya kak sudah dulu,bunda memanggil. Assalamu'alaikum"

Tanpa menunggu jawaban dari Silvi Athalia langsung memutuskan sambungan teleponnya,dia tak tahan. Pikiran-pikiran buruk sudah memenuhi pikirannya.

Atha menghampiri Athalia yang kini berdiri didepan jendela dikamarnya, "Ra"

"Iya"

"Mas ingin berbicara.. Sepertinya ini akan tidak penting namun mas rasanya ingin menceritakannya kepada istri mas sendiri"

Athalia dengan cepat membalikkan tubuhnya dan mendongak menatap Atha, "Apa mas?"

"Nanti saja setelah kita makan,kita masaka dulu yu? Kamu pasti lapar bukan? Kamu juga harus minum obat"

Athaliapun mengangguk mengiyakan,lalu mereka melenggang pergi menuju dapur.

"Mas biar Ira saja yang masak.. Mas duduk ya"

Atha tersenyum "Tidak,sayang.Mas juga ingin membantumu"

Athalia menghela napas lalu menarik lengan Atha pelan dan membimbingnya untuk duduk "Mas duduk saja! Jangan membantah atau apapun itu. Biar Ira saja yang memasak"

Athapun akhirnya mengangguk namun dia terkekeh,Athalia kembali berkutat dengan segala macam bahan masakan. Hingga beberapa menit kemudian masakan Athalia sudah siap dihidangkan,dia menyiapkan semuanya dimeja makan dan merekapun duduk bersampingan lalu menyantap makanannya dengan hening.

Kekasih Halalku | √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang