Umi Atha yang baru saja pulang dari pasar mengerutkan dahinya melihat perempuan yang tak dia kenali. "Assalamu'alaikum"ucapnya.
Fitri menoleh dan tersenyum ramah "Wa'alaikumsalam"
"Orang tua santri disini?"
"Oh bukan bu,saya dokter. Tadi katanya Athalia sedang tidak enak badan,kebetulan dia putri teman saya"
Umi Atha tertegun, "Oh seperti itu,baiklah. Mau mampir dulu?"
"Tidak usah,bu. Saya langsung pamit saja. Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam". Umi Atha langsung berlalu dengan tergesa menuju rumahnya untuk menyimpan belanjaannya lalu bergegas untuk kekamar Athalia namun langkahnya terhenti saat Atha memanggilnya. "Iya tha?"
"Umi mau kemana?"
"Bertemu Ira"
Atha mengangguk acuh,diapun mengambil segelas air putih dan uminyapun berlalu pergi.
Umi Atha mengetuk pintu kamar Athalia dan keluarlah Dinda,"Assalamu'alaikum,dinda"
Dinda tersenyum sopan dan mencium punggung tangannya "Wa'alaikumsalam,ada apa umi?"
"Umi ingin bertemu dengan Ira boleh?"
"Oh silahkan masuk,mi. kak ira belum sadarkan diri"
"Ira pingsan?"
"Iya umi,tadipun kami lihat wajah kak Ira lebih pucat dari sekarang dan ada bercak darah didekat hidungnya tadi"
Umi Atha duduk disamping Athalia,dia mengusap kepala Athalia yang tak tertutup sehelai kainpun. "Kamu kenapa,sayang...Bunda dan ayahmu pasti akan sedih jika melihatmu seperti ini"
Tak lama dari itu Athalia mulai membuka matanya dengan perlahan,dia menyesuaikan cahaya yang dia tangkap dimatanya. "Umi"Athalia meraih tangan umi Atha dan mencium punggung tangannya.
"Sayang,kamu sudah siuman.. Sebenarnya kamu kenapa?"
Athalia diam sejenak,dia tak ingin semua orang tahu tentang penyakitnya,cukup Allah dia dan Fitri yang tahu tentang ini. Athalia tersenyum tipis "Hanya kecapean,mi"
"Serius?"
Athalia mengangguk mantap,sebenarnya dia tak ingin berbohong namun dia juga tak ingin mereka tahu. "Iya,umi. Ira hanya cape"
Umi Atha mengangguk "Baiklah,kalau begitu umi buatkan sarapan untuk kamu ya.. Buat kalian juga"
"Mmm tidak perlu,mi. Kita bisa dikantin saja"
"Sudah tak apa,tunggu ya. Assalamu'alaikum"
Athalia tersenyum "Baiklah terima kasih umi..Wa'alaikumsalam"
****
"Umi mau kemana?"ucap Aina ketika melihat uminya membawa beberapa makanan.
"Ke kamarnya Athalia,de. Mau ikut?Ayo"
"Aina ikut ya,mi..Aina rindu kak Thalia"
Umi tersenyum "Ya sudah ayo"Merekapun melenggang menuju kamar Athalia,"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam"
Aina menghampiri Athalia dan mencium punggung tangannya "Kak Thalia kenapa?"
Athalia tersenyum "Kakak tidak kenapa-napa,de. Jangan khawatir"
"Ini kalian makan dulu ya,sudah umi pisahkan"
Merekapun menyantap makanannya namun umi dan Aina sudah kembali kerumahnya karena merekapun harus mengurus orang rumah.
Pukul delapan pagi semua santri dan santriwati bersama Atha dan Aina tengah bekerja bakti membersihkan semua sudut pesantren.Namun tidak dengan Athalia yang kini tengah berbaring didalam kamarnya.
Athalia memakai khimarnya juga sandalnya,diberjalan menuju halaman dekat mesjid,dia berniat membantu yang lain.
Jantung Athalia berdetak dua kali lebih cepat saat dia melihat Atha yang memakai kaus berlengan pendek berwarna biru muda dengan celana training berwarna abu-abu yang tengah membersihkan halaman disana,Athalia menghela napas dan beristighfar.Dia menghampiri Dinda yang tengah menyapu lantai luar mesjid."Assalamu'alaikum"
Dinda menoleh"Wa'alaikumsalam,kak Ira kok kemari? Kakak kembali saja kekamar ya,kakak harus istirahat"
Athalia tersenyum "Tak apa,biar kakak bantu ya"
"Tidak perlu kak,biar Dinda saja"
"Ya sudah ini lantainya baru disapu bukan,jadi biar kakak yang pel"
"Tidak tidak,ini nyapunya kan tinggal sedikit lagi jadi ini kakak saja yang buat biar aku yang pel dengan yang mba Intan"
Athalia menghela napas"Oke baiklah,kemarikan sapunya"
"Ini,tapi kalau cape kakak istirahat saja dulu"
Athalia mengangguk lalu mulai menyapu lantainya,sedangkan Dinda melenggang untuk menyiapkan air pelnya.
Atha mengusap peluh yang membasahi pelipisnya,dia membalikkan tubuhnya kearah mesjid,lagi-lagi dia hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya setiap dia melihat Athalia. Lindungi dia ya Allah.Batinnya. Dia kembali mengerjakan pekerjaannya.
Pukul sembilan lebih tiga puluh pagi semua sudah bersiap untuk makan bersama,namun tidak dengan para santriwati,mereka tengah membantu memasak didapur pesantren.
Semua tidak berjalan serius namun justru diiringi dengan gelak tawa yang hadir karena satu sama lain saling mengusili dan bercanda.Athaliapun terbawa bahagia dengan keadaan seperti ini,untuk kesekian kalinya dia merasakan kebahagiaan didalam pondok ini.
Para ibu-ibu yang bertugas memasak di pesantren sedang menyiapkan semua masakannya diatas daun pisang besar yang akan dipakai untuk alas makanannya.
Semua berkumpul dan muali duduk ditempatnya masing-masing,pria dan wanita kini tak dibatasi namun tetap jika terlalu dekat akan ditegur oleh Atha.
Athalia duduk disamping Dinda dan Anisa sedangkan Atha berada dihadapannya itupun dekat dengan Aina dan para santri yang lain.
"Baiklah semua sudah berkumpul?"
"Sudah bang"
"Baik,bismillahirrohmanirrohim...sevelum kita makan alangkah lebih baiknya kita berdo'a terlebih dahulu,berdo'a didalam hati mulai.."seru Atha. Semua orang menundukkan wajahnya untuk berdo'a lalu mengamininya. Merekapun mulai menyantap makanannya,dengan malu Athaliapun melakukan hal yang sama.
Athalia dan Aina juga Atha dan beberapa santri dan santriwati kini tengah membereskan semuanya agar kembali bersih. Athalia mencuci tangannya,dia duduk dianak tangga paling bawah salah satu kamar santriwati.
Atha sekilas menatap Athalia,lalu diapun melenggang ketempat lain.
Begitu dekat hamba dan dirinya ya Allah...batin Athalia ketika diapun melihat punggung Atha yang mulai menjauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kekasih Halalku | √
Spiritüel-Ambil yang baiknya dan buang yang buruknya- --- Athalia gadis cantik yang tak menerima dan benci akan kehidupannya sendiri,dan karena kedua orang tuanya sering saling berteriak dan ayahnya yang selalu marah-marah kepada bundanya sehingga terjadilah...