"Terlalu dini untuk memulai semuanya"
-Greenpeanute-
🌵🌵🌵
"Gezza, kamu tahu gak-?"
"Gak!" dengan cepat Gezza memotong ucapan Gaby.
Gaby sedikit menoel bahu Gezza "Ih! Gaby kan belum selesai ngomongnya, gimana sih Gezza," Gaby mendengus sebal
Namun Gezza hanya diam tak mau menjawab, pandangannya lurus ke depan, menatap jalanan.
"Gaby seneng loh, Kalo Gezza mau boncengin Gaby kaya gini. Udah lama kita nggak jalan-jalan ya," ucapnya dengan girang. Namun tak ada respon dari Gezza.
"Gezza inget gak? Waktu kecil Gezza pernah boncengin Gaby pakai sepeda? Inget gak? Yang waktu kita keliling komplek sore-sore," Gaby terus saja memulai pembicaraan.
"Gak!" hanya satu kata, tiga huruf itu saja yang terlontar dari mulut Gezza.
Gaby mengerutkan dahinya "Gezza kenapa sih, sakit ya? Atau lagi sariawan? Masa dari tadi, ngomongnya cuman 'Gak' doang?" tanya Gaby penasaran.
Tiba-tiba Gezza menghentikan motor, ia menepi lalu membuka helm full facenya. "Turun!" titahnya dengan suara yang dingin.
Gaby nampak keheranan "Loh, kenapa? kok kita berhentinya di sini? sekolah kan masih beberapa meter lagi," ucap Gaby.
"Gue bilang turun ya turuh, ngeyel amat!" bentaknya. Gaby turun dari motor Gezza, sedangkan laki-laki itu memasang kembali helmnya.
"Kenapa dipasang lagi—helmnya?" tanya Gaby saat Gezza melajukan motor meninggalkannya di pinggir jalan.
Gadis itu memandang aspal, lalu ia melirik ke arah jalanan, apakah masih ada angkot atau ojek yang lewat. Namun ia tak menemukan apapun, selain kendaraan pribadi.
Akhirnya Gaby memutuskan untuk berjalan saja, semoga ia tidak terlambat ke sekolah. "Dasar Gezza, raja tega emang!" Rutuknya, berjalan cepat.
***
Gezza berjalan santai masuk ke dalam kelas, bel tanda pelajaran akan segera dimulai sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Ia duduk di kursinya seraya mengunyah permen karet.
"Woi mprret! Kemana lo kemarin? Kok gak ikut ngumpul?" Tanya seorang pemuda di samping Gezza.
Gezza menoleh sejenak, lalu mengabaikan pemuda itu "Lagi mager!" jawabnya singkat.
Timothy menepuk pelan bahu Gezza "Elah! sok-sokan mager lo, bilang aja kagak dibolehin keluar sama emak. Pake bawa-bawa nama mager lagi," godanya.
Gezza balas menoyor kepala Timothy "Enak aje mulut lo ngomong Tit! Sejak kapan Mak gue ngekang gue," balas Gezza.
Timothy mendorong bahu Gezza "Anjirr, Za. Jambul Gue rusak gara-gara tangan terkutuk lo monyet!" sentaknya sambil merapikan rambut.
"Rambut asem kecut aja, songong lo, hati-hati lo kalo duduk di bawah pohon, ntar burung-burung pada pangling, dan ngira rambut lo sarangnya," ucap Gezza lalu terkekeh.
"Widiihh! Sembarangan anda, ini rambut mahal, diendorse pake shampo Dope, yang gambarnya burung hantu itu loh! tahu gak lo? Kagak tau pasti! Wajar aja sih, rakyat jelata kaya lo mana ngerti endorse-endorse," ucap Timothy dengan songongnya. Udah gitu hidung kembang-kempis lagi, untung tuh hidung mancung, coba kalo nggak, udah kaya bekantan!.
"Sa ae lu tai!"
Pelajaran segera dimulai, kedua pemuda itu menghentikan aksi berdebatnya. Gezza bergerak mengambil buku pelajaran di dalam tas. Ia tersenyun kecut saat melihat sebuah kotak bekal.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEWINDU
Teen FictionBanyak orang yang terluka karena mencintai. Mereka bersedih, lalu dengan mudah jatuh cinta pada orang baru, dan melupakan seseorang yang telah menyakitinya. Namun itu tidak berlaku untuk seorang Gabriella, dia tetap mencintai Gezza walaupun lelaki...