"Tidurlah yang tenang. Katakan pada orang yang aku cintai untuk tetap tertawa, saat aku tidak bersamanya malam ini"
•••
Gafril mengelus pundak Gemma yang tak henti-hentinya menangis dari semalam, kejadian kemarin benar-benar membuatnya terpukul.
Gafril tau, tak mudah bagi Gemma menjalankan semua ini. Namun, harus bagaimana lagi, takdir sudah menuntun mereka pada tujuannya.
Gemma hanya bisa menangis menyesali semua yang telah terjadi. Semua sudah terlambat, ia sudah jauh terlambat.
Gafril berdiri menghela napas berat. Pria itu memberikan sahabatnya waktu untuk dapat menerima semua ini. Kejadian itu terlalu cepat berlangsung, namun rasa sakit yang ditimbulkannya akan selalu membekas dan tak akan pernah hilang.
Tidak hanya Gemma saja yang terpukul, semua orang yang menyaksikan kejadian itu, juga ikut sedih.
Terutama Gezza, lelaki itu hanya bisa mengurung diri di kamarnya. Merenung akan semua kesalahan yang telah ia perbuat.
Penyesalan selalu datang terakhir, bukan?
Gafril hanya memperhatikan fair jauh, Gemma yang berbicara sambil tersedu-sedu di depan undakan tanah itu.
"Pria yang malang," gumam Gafril sedih.
***
"Udah, Gem. Lo harus tegar, lepasin yang udah pergi agar mereka tenang. Jangan lagi ungkit semua kesedihan lo, karena itu hanya menimbulkan luka perih pada orang-orang yang mencintai lo." Gafril berusaha menasehati Sahabatnya.
Gemma menatap kosong jalanan di depannya tak adalagi gairah untuk hidup, ia merasa jiwanya telah pergi melarikan diri.
"Gue habis, Gaf. Gue kalah, rasanya gak sanggup buat terima semau kenyataan menyakitkan ini," lirih Gemma, kembali menangis.
"Gue yakin lo pasti bisa, Gem. Kita cuma perlu saling menguatkan!" Gafril mencoba memberi semangat pada pria di sampingnya.
Sesampainya mereka di rumah, Gafril mengantar Gemma sampai kedalam kamar.
"Makasih Gaf. Berasa punya pacar gue dianterin sampe kamar segala," ucap Gemma sedikit bercanda.
Seketika Gafril bergidik geli "Najis Gem, kalo gue jadi pacar lo. Masih cantik bini gue kemana-mana."
Gemma terkekeh pelan "Kalo gue baper sama perhatian lo, gimana? Lo kan tau gue lagi dalam masa galau berat," canda Pria itu lagi.
Walaupun hatinya hancur menjadi debu, Gemma harus tetap semangat, hidup harus tetap berlanjut.
"Ngomong yang enggak-enggak sekali lagi, badan lo gue iket di rel kereta!" ancam Gafril.
Gemma tertawa, paling tidak, seperti ini sudah bisa mengobati sedikit luka di jiwanya.
"Ya udah, lo pulang deh Gaf. Nanti kalo gue perlu, gue bakalan panggil lo." Gemma mengibaskan tangannya mengusir Gafril.
Pria yang berdiri di depan Gemma itu, berdecak kesal "Dasar gak tau diri lo! Lo pikir gue pembantu lo apa?" sentak Gafril cemberut.
"Haha, iya sorry, udah lo sana pulang! Kepala gue punyeng liat muka kucel lo itu."
"Sialan! Kaya muka lo cakep aja!" kesal Gafril menendang pelan kaki Gemma.
Lalu ia berlalu meninggal pria berkemeja hitam itu, tidur di atas ranjang besarnya.
***
Setengah jam tertidur, kini Gemma terbangun karena posisi tidur yang kurang nyaman. Ditambah lagi ia meresa risih dengan sepatu yang masih melekat di kakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEWINDU
Teen FictionBanyak orang yang terluka karena mencintai. Mereka bersedih, lalu dengan mudah jatuh cinta pada orang baru, dan melupakan seseorang yang telah menyakitinya. Namun itu tidak berlaku untuk seorang Gabriella, dia tetap mencintai Gezza walaupun lelaki...