"Pergi dan menghilang bukan berarti lemah, terkadang menghindar adalah cara terbaik saat tak mampu melawan"
•••
"Za! Buka pintunya!"
Mata Gezza rasanya baru berpejam beberapa jam yang lalu, kini terpaksa harus ia buka kembali karena gedoran brutal dari luar kamarnya.
Cowok itu bangkit dan membuka pintu kamarnya yang dikunci dari dalam.
"Ada apa sih bang? Gue baru-"
BUUUK!
"Bangsat lo, Za!"
Gezza tertumbuk jatuh saat tangan besar Garra menghantam wajahnya, dan hal itu sukses membuat Gezza terjaga nyalang dari kantuknya.
"Lo apa-apaan anjir!? Datang tiba-tiba, terus nonjok orang sembarangan!" bentar Gezza marah.
Garra tak menghiraukan ucapan adiknya itu. Ia malah mendorong Gezza dan menduduki perutnya, lalu menghantam adiknya itu dengan satu bogeman lagi.
"Bangsat!" umpat Gezza.
Cowok yang hanya memakai celana tidur itupun mendorong Garra dan membalik posisi, lalu ia memberikan serangan balasan pada kakaknya itu.
"Lo ke rumah sakit jiwa sana! Lo udah gila Garra!" bentak Gezza kelewatan emosi.
Garra tertawa sinis, "Gue gila? Heh! Lo yang gila anjing! Gue udah pernah bilang sama lo! Kalo lo macarin dia cuma buat balas dendam, mending gak usah! Tapi apa? Apa!? Lo malah jadiin dia bahan taruhan! Lo pikir dia benda mati yang bisa lo jadiin mainan!?"
Gezza berdecak keras "Gak usah ikut campur urusan gue! Dia pacar gue, terserah mau gue apain, gak ada urusannya sama lo. Orang luar diem aja!" jawabnya dengan mata memerah.
"Emang biadab lo, Za!" Garra kembali memukul wajah adiknya bertubi-tubi.
Mereka berkelahi, berguling-guling seperti anak kecil yang sedang berebut mainan, saling tendang, tinju, meneriaki dan mengumpat kasar.
Hingga keributan mereka pun, terdengar sampai ke telinga Gishel.
"YA ALLAH, YA TUHAN ... APA-APAAN KALIAN INI HAH!?" bentak wanita itu ketakutan melihat kedua putranya adu jotos.
"Garra udah nak! Adik kamu bisa mati kalo kamu pukuli terus," seru wanita itu semakin terisak.
Namun, teriakan Gishel sama sekali tidak mengusik pergulatan mereka berdua, malahan keduanya terus saja berguling hingga tubuh mereka memar-memar.
Merasa tak mampu lagi melerai dua orang lelaki itu, Gishel yang semulanya sudah shock dengan suatu kejadian, bertambah lemas saat melihat kedua putranya bertengkar hebat.
Gishel turun kebawah, memanggil suaminya untuk memisahkan dua saudara yang belum puas baku hantam, melepaskan amarah masing-masing.
"KAYA HEWAN KALIAN BERDUA!" teriak Gafril menggelegar seisi ruangan.
Sontak, dua orang saudara kandung yang bergulat tadi, menghentikan aksi mereka.
Gafril yang kalut dibuat semakin kalut oleh dua orang itu. Dengan kesal ia menendang keras bokong keduanya, hingga Garra dan Gezza meringis sembari mengusap bokong.
"Kalau kalian mau adu kekuatan, bilang sama saya! Saya akan bawa kalian ke ring tinju! Biar jelas siapa yang paling kuat!" ucap Gafril emosi.
"Oh atau kalian mau pake senjata? Iya!?"
"Gishel, abil pisau ke dapur! Silahkan lanjut adu kekuatan kalian masing-masing, kalau ada salah satu diantara mereka yang mati, tinggal saya kuburin dan yang hidup, saya masukin penjara!" Bentak Gafril kelewatan emosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEWINDU
Novela JuvenilBanyak orang yang terluka karena mencintai. Mereka bersedih, lalu dengan mudah jatuh cinta pada orang baru, dan melupakan seseorang yang telah menyakitinya. Namun itu tidak berlaku untuk seorang Gabriella, dia tetap mencintai Gezza walaupun lelaki...