"Walaupun langit dan tanah tidak bisa bersatu. Tetapi mereka adalah satu kesatuan yang saling terhubung"
•••
Gemma terus memalingkan wajahnya. Ia sangat malu jika sampai ketahuan menangis oleh perempuan yang baru saja datang bersama Gezza dan Garra.
Lelaki mana yang tidak akan jatuh harga dirinya, saat ada perempuan yang melihat mata sembab karena menangis.
Yasmine terkekeh geli dalam hati melihat tingkah aneh pria yang baru saja berpindah duduk dari sofa ke kursi di hadapan meja kerja Gafril.
Beberapa menit yang lalu, Gezza mengagetkan dua pria dewasa yang sedang curhat satu sama lain, ia menerobos masuk kedalam ruangan ayahnya, tanpa meminta ijin terlebih dahulu.
"Pa, Garra gak bisa lama-lama. Ada praktek mendadak," ujar Garra berdiri setelah menerima panggilan telepon. Meninggalkan Yasmine sendirian duduk di sofa.
"Makasih udah bantuin nyari Gaby ya, Nak!" seru Gemma pada dokter muda itu.
Garra tersenyum "Udah tugas aku sebagai kakak, Om."
Ya, sekarang Garra sudah belajar untuk ikhlas, karena tidak mungkin juga dia menjadikan Gaby sebagai kekasih, karena mereka memiliki jarak umur yang cukup jauh.
Lagipula rasanya tidak akan berbalas. Karena sedari awal yang Gadis itu inginkan hanya adiknya.
Bahkan sudah delapan tahun Gaby mendendam rasa. Sewindu bukan waktu yang singkat untuk mencintai seseorang yang tidak kita ketahui kepada siapa hatinya.
"Za, cerita sama Papa. Kamu liat Gaby dimana?" tanya Gafril pemasaran.
"Tadi siang, kami ..."
Flashback on ...
Gezza mengerinyit melihat cahaya matahari siang yang menyengat pada kulitnya.
Tatapan Gezza menelusuri awas jalanan sekitar sembari meminum minuman kaleng yang tadi ia beli di warung pinggir jalan.
Saat matanya berkeliling, cowok yang berada dalam mobil itu menangkap sosok perempuan yang selama ini ia cari.
Gezza memfokuskan pandangannya pada gadis yang sedang duduk bercanda dan tertawaan bersama para anak jalan. Ia terlihat sedikit kurus dan dekil, namun dari kejauhan Gezza bisa melihat bahwa gadis itu bahagia berada di tengah orang-orang kumuh itu.
"Bu, Bang, coba liat! Itu Gaby kan? Takutnya mata gue lagi siwer," seru Gezza namun tatapannya tidak lepas dari gadis di ujung jalan itu.
"Iya, Za. Itu beneran Gaby," balas Garra mengikuti arah pandang adiknya.
"Gimana bang? Kita catch langsung aja sekarang!" seru Gezza.
Garra menggeleng pelan "Jangan dulu, Za. Lo gak liat massa dia rame banget? Lo mau mati digebukin itu anak jalanan?" tanyanya sinis.
Gezza tersenyum menatap abangnya "Kalo gue digebukin, kan lo ada buat nolong. Masa lu tega liat adek lu dikeroyok? Adek lo cuma gue lho," goda Gezza.
Garra menatap malas cowok di sampingnya itu. "Tega kok gue. Kalo tau dulu lo gede bakalan jadi kaya gini, udah dari dulu lo gue jual di tokopekamu."
"Ih, so sweet banget Abang alih. Makin sayang!" seru Gezza sambil memeluk lengan Garra yang duduk di balik kemudi.
"Jijik, Za!" bentak Garra.
Yasmine yang sedari tadi menonton perkelahian manis antar dua saudara itu pun, tak mampu menahan tawanya.
Mereka saling melontarkan kata-kata umpatan, namun dalam hati masing-masing, mereka saling peduli.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEWINDU
Teen FictionBanyak orang yang terluka karena mencintai. Mereka bersedih, lalu dengan mudah jatuh cinta pada orang baru, dan melupakan seseorang yang telah menyakitinya. Namun itu tidak berlaku untuk seorang Gabriella, dia tetap mencintai Gezza walaupun lelaki...