"Ada saatnya untuk kamu beristirahat dan berhenti mengejarnya"
•••
Gezza yang tengah asyik merakit lego terbarunya, dikejutkan dengan kedatangan seseorang secara tiba-tiba dan langsung menyusup ke dalam kamar.
Garra menghempas diri dengan santai ke atas ranjang milik Gezza. Tatapannya lurus menghadap loteng kamar.
Perkataan Mamanya barusan, sukses membuat jantungnya remuk redam. Pasalnya, gadis yang selama ini dia sukai telah menjadi milih orang lain.
"Udah telat kamu, dia udah punya pacar," kata Gishel tadi.
"Lu kenapa, Bang? Tumbenan amat ke kamar gue?" tanya Gezza tanpa menatap lawan bicaranya.
Namun, Garra hanya diam. Kedatangannya ke kamar ini bukan tanpa sebab, melainkan ingin menanyakan sesuatu yang mengganjal di hatinya.
"Lu tidur Bang?" tanya Gezza membalik kursi menghadap kakaknya itu.
"Kenapa?" ulang Gezza saat melihat mata Garra yang terbuka.
"Lu pacaran sama dia?" tanya Garra tanpa basa-basi.
"Hah?"
"Gaby."
Sekarang, Gezza mengerti arah pembicaraan kakaknya ini.
Gezza mengangguk "Ya," jawabnya singkat.
"Biar apa?"
Alis Gezza bertaut. Jika Garra sudah berbicara sepatah dua patah kata saja, itu menandakan jika dia sedang dalam masalah atau marah.
"Biar apa? Maksudnya?" tanya Gezza bingung.
Garra duduk dan menatap tajam Gezza yang berada di kursi belajarnya.
"Lo macarin dia biar bisa balas dendam kan?" tanya Garra menuduh.
"Balas dendam apa, Bang? Gue enggak ngerti sama omongan lo!" jawab Gezza sedikit kesal.
"Gue tau, lo sebenernya gak suka sama dia, jadi kenapa lo mainin perasaan dia dengan lo jadiin pacar?"
"Oh, jadi maksud lo gue macarin Gaby karena gue mau balas dendam? Atas dasar apa lo nuduh gue kaya gitu, Bang?"
"Dulu lo pernah bilang ke gue, kalau lo benci sama Gaby karena dia udah ambil alih perhatian Papa-Mama dari lo, dan lo mau balas dendam suatu hari nanti." Garra mengatakan itu dengan mata berkilat tajam.
Gezza tertawa kecut karena ucapan saudaranya. "Lo masih inget omongan gue waktu itu? Ayolah, Bang! Itu cuma kekesalan anak kecil aja. Sekarang gue udah ngerti kenapa Mama sayang banget sama Gaby. Itu karena Mama pingin punya anak perempuan."
"Tapi sikap kasar lo selama ini, udah cukup untuk membuktikan kalau lo masih menaruh dendam sama dia," balas Garra tak mau kalah.
Gezza mulai membaca gelagat aneh dari kakaknya itu, apa mungkin dia ....
"Lo suka sama dia?" tanya Gezza to the point.
Garra terdiam sejenak. Ya, dia memang menyukai Gaby, bahkan dari gadis itu masih berbentuk bayi merah.
Garra yang saat itu masih berusia sembilan tahun dan saat Papa dan Mamanya membawa pergi bertemu Gaby, untuk pertama kali di rumah sakit.
Dan saat itu lah Garra jatuh cinta untuk pertama kalinya.
Gezza yang saat itu masih berumur beberapa bulan, tak lagi jadi antusiame Garra. Anak remaja itu beralih pada Gaby, si bayi mungil yang kehilangan ibunya itu selamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEWINDU
Teen FictionBanyak orang yang terluka karena mencintai. Mereka bersedih, lalu dengan mudah jatuh cinta pada orang baru, dan melupakan seseorang yang telah menyakitinya. Namun itu tidak berlaku untuk seorang Gabriella, dia tetap mencintai Gezza walaupun lelaki...