Tak terasa jam pelajaran berakhir untuk hari ini. Tepat pukul 12:30 WIB bel pulang sekolah berbunyi yang membuat semua murid memenuhi gerbang sekolah. Aku teringat ajakan Yudha pagi tadi, ku arahkan pandangan ke tempat duduk Yudha. Yudha masih ada di situ, sedang memasukan beberapa buku ke dalam tasnya. Aku melihat Yudha bangkit dari tempat duduknya dan berjalan mendekati ku. Pikir ku mungkin dia mau mengajak ku ke parkiran dan pulang bersama karena tadi pagi dia sudah bilang. Tapi, pikiran ku salah! Dia melewati ku, keluar dari kelas tanpa berbicara apapun kepada ku. Kesel? Ga usah di tanya! Dasar Yudha kampret! Trus aku pulang sama siapa? Di kelas hanya terdapat Venus. Tanpa basa basi ku ajak dia pulang bareng. Semoga aja dia mau.
"Bang Danis ga jemput nih, pulang bareng yuk" Ajak ku
"Sorry Ray, aku udah ada janji sama mama dan papa mau makan siang bareng. Kamu tau kan jarang banget aku makan bareng mereka" Tolak Venus.
"Yaudah sana kasihan mereka nunggu lama nanti" Ucap ku sedikit kecewa
"Bye beb" Ucapnya lalu pergi.
"Pulang bareng siapa dong? Arghh bodo lah naik taksi aja. Kalau naek grab takut ujan, mendung banget soalnya" Celoteh ku seperti orang gila.
Ku langkahkan kaki ku ke luar gerbang sekolah, menunggu angkot menuju rumahku. Angkot? Iya angkot. Karena dompet ku tertinggal di rumah. Uang yang ku punya hanya cukup untuk naik angkot. 5 menit, 10 menit ga ada satupun angkot yang lewat. Ku lihat langit sudah di hiasi awan hitam. Ku ramal akan turun hujan yang sangat lebat. Aku tersentak oleh bunyi klakson motor di belakangku. Itu motor Yudha! Iya itu motornya. Aku sangat hapal. Yudha memberhentikan motor nya di depan ku. Membuka helm yang ia kenakan.
"Di tungguin di parkiran, malah di sini" Omelnya
"Jadi... "
"Tadi pagi aku udah bilangkan? Aku akan nganter kamu pulang. Kamu lupa? Atau pura pura amnesia?" Potong Yudha dengan banyak pertanyaan
"Aku kira kamu bercanda. Soalnya tadi... "
"Udah cepet naek" Lagi lagi omongan ku dipotong
Motor gede milik Yudha benar benar tinggi. Jujur aku bingung bagaimana cara duduk di belakangnya. Yudha bilang ijak bagian yang ia tunjuk dan pegang pundaknya lalu naik. Yups! Aku berhasil! Aku sedikit bingung kenapa Yudha belum jalan juga. Oh, aku tau alasan. Langsung saja ku peluk pinggang Yudha dengan amat terpaksa. Kalau tidak seperti itu aku yakin motor ini tidak akan jalan sampe lebaran monyet! Katakan lah kalau Yudha modus!
"Ternyata kamu peka" Ucapnya tertawa
"Udah cepet jalan! Nanti keburu langit jatuh" titah ku
Yudha tidak membalas omonganku. Dia memakai helm sehingga kepalanya terlihat lebih besar, dan aku melihat dia mengeleng gelengkan kepalanya. Mungkin ada kata kataku yang aneh. Tapi menurut ku tidak ada. Motor Yudha menelusuri jalan, dengan hembusan angin yang menerpa rambut ku serta rintikan hujan yang mulai turun membasahi jalan pada siang itu. Aku semakin erat memeluknya karena Yudha bilang dia akan mempercepat laju motornya. Dia takut kalau kita kehujanan sebelum sampai rumahku. Benar saja hujan turun sangat lebat saat beberapa detik kita sampai di depan rumahku. Dengan sangat terpaksa ku suruh Yudha masuk dan menunggu hujan redah.
"Mau minum apa?" Tawarku
"Ga usah repot repot Ray, lemon tea aja" Ucapnya sambil membuka jaket yang basah terkena rintikan hujan dan menaruhnya di pinggiran sofa.
"Teh anget aja yah?" Tawarku
"Ga pain kamu nanya kalo ujung ujungnya kamu juga yang nentuin" Ucapnya kesal "Ga pernah berubah dari kecil"
"Yaudah iya. Lemon tea siapa di sajikan tuan Yudha ganendra wirga" Ujarku seolah olah melayani seorang raja
Aku langsung pergi ke dapur dan membuat 2 lemon tea pastinya untuk Yudha dan aku. Ohiya aku lupa bilang, kalau aku, Yudha dan Adam adalah sahabat sejak kecil. Aku lebih dekat dengan Yudha dari pada Adam. Karena dulu Adam judes! Aku ga suka itu! Sedangkan Yudha? Dia saat humoris, dan ceria dan aku suka itu. Soal Venus? Aku kenal dia saat aku memasuki ekskul paskibra kalau tidak salah saat kelas 3.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paskibra Pramuka Dan Kisah Cintanya
Teen Fiction[REVISI SETELAH TAMAT] Anak Paskibra dan anak Pramuka adalah anak-anak yang mustahil untuk di gabungkan. Jam eksul yang sama dan sama-sama anak lapangan menjadikan mereka selalu bertengkar untuk menjadi penguasa lapang. Pelatih merekapun angkat t...