TIGA PULUH SATU:RAINA SADAR

1.7K 73 4
                                    

PS: SORRY FOR TYPO🙏

***
'Benar kata Dilan RINDU ITU BERAT. Lebih berat dari sekedar menghapal tabel periodik'

***

Author's POV On

Deg

Jatungnya berpacu lebih cepat saat melihat seorang gadis yang dia sayang berbaring dengan wajah tenang di ranjang. Kondisi jauh dari kata baik. Bagian dahi di perban, selang oksigen bertengger di hidungnya, banyak luka goresan, dan tak lupa selang infus di tangan kiri Raina.

Yudha memasuki ruang itu tak lupa menutup pintu. Tapi, Yudha tidak berani untuk melangkah mendekati Raina. Yudha masih mengenggam handycam milik Raina. Yudha menatap miris ke arah Raina. Dia gagal menjaga Raina. Dia benar benar gagal kali ini.

"Raina" Panggil lirih Yudha sambil melihat ke arah handycam yang dia pegang.

Dengan langkah sangat lambat Yudha memberanikan diri untuk mendekati Raina. Yudha rindu mendengar suara Raina. Yudha rindu bertengkar dengan Raina. Yudha rindu melihat senyum Raina. Yudha rindu memancing amarah Raina. Yudha rindu Raina. Rindu semua tentang Raina.

"Raina" Panggil Yudha sambil duduk di bangku samping ranjang Raina.

"Kamu tau ngga aku udah nonton semua video yang ada di handycam kamu ini?" Tanya Yudha seolah olah Raina akan mendengar dan menjawab pertanyaan nya tadi.

"Aku baru tau seorang Raina lebih suka curhat lewat video dari pada tulisan" Ucap Yudha sambil tersenyum getir

"Aku juga baru tau kalau kamu suka aku. Kamu suka aku dari kapan? Kalau aku dari tadi" Gurau Yudha sambil tertawa miris

"Cepet cepet bangun yah. Aku rindu berantem sama kamu. Kalau kamu tidur terus, siapa yang mau berantem sama aku? Venus? Diakan udah punya Adam. Masa iya aku harus berantem sama Tiyo? Nanti kalau aku ketularan gilanya gimana? Emangnya nanti kamu mau tanggung jawab?" Ucap Yudha lalu mengenggam tangan Raina

"Dulu waktu kecil kamu selalu marah kalau aku megang tangan kamu. Tapi, sekarang kamu ngga bisa marah. Aku tau pasti sekarang kamu lagi ngedumel di alam mimpi sana. Bodo ah aku ngga peduli"

"Cepet bangun dong. Emang ngga cape merem mulu? Ngga laper atau haus gitu?"

"Ohiya lusa pertandingan paint Ball. Emangnya kamu ngga mau ikut? Kamu kan ketuanya. Kalau Venus yang gantiin pasti bakal kalah. Jadi cepet bangun yah"

"Gimana kalau kita negosiasi? Kamu setuju kan?" Tanya Yudha

"Kalau malam ini kamu sadar, Aku janji bakal nurutin semua permintaan kamu. Gimana? Kalau setuju ngga? Kalau setuju bangun yah" Ucap Yudha sambil mengenggam tangan kanan Raina dengan kedua tangannya

Sadar atau tidak air mata mulai membanjiri pipi Yudha. Genggam Yudha pada tangan Raina semakin erat. Yudha menaruh genggaman tangannya di bibirnya. Dia tertunduk dalam isak tangisnya. Perlahan lahan Yudha menaruh tangan Raina. Dengan berat hati Yudha meninggalkan ruangan itu. Yudha ingat pesan dokter, bahwa Raina butuh istirahat.

Sebelum meninggalkan ruangan itu, Yudha sempat mengelus puncuk rambut Raina, tak lupa tersenyum seolah berkata 'Cepet bangun'. Saat sampai di depan pintu ruang rawat, Yudha membalikan badan dan kembali duduk di samping ranjang Raina lagi.

"Berat banget buat ninggalin kamu. Padahal cuma ke luar ruangan" Ucap Yudha sambil cengengesan tidak jelas

Pada akhirnya Yudha memutuskan untuk tetap di dalam ruang Raina. Dia menyibukkan diri dengan ponsel yang ada di genggamnya untuk mengusir rasa bosannya. Tak sengaja Yudha melihat jari jari Raina bergerak, spontan Yudha berdiri dan melihat Raina mulai membuka matanya.

Paskibra Pramuka Dan Kisah CintanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang