07 (REVISI)

6.6K 419 13
                                    

"Sah?" tanya penghulu kepada para saksi setelah Andri berhasil mengucapkan ijab qobul yang sudah dilatihnya semalaman dan mengucapkannya dalam satu tarikan napas.

"Sah." balas para saksi. Andri menghela napas, akhirnya rasa gugupnya bisa sedikit berkurang. Punggungnya sudah tertutup oleh keringat sedari awal. Kenapa hari ini begitu panas? Keluh Andri. Ia mengusap kening menggunakan punggung tangan.

Selesai ijab qobul, Sinta beserta Yeti menangis terharu sedangkan Ambri tetap tenang walaupun Ambri terlihat tenang di luar namun dalam hatinya dirinya sudah bahagia tidak terkira seperti Sinta. Akhirnya, Andri, putra satu-satunya sudah menikah. Aisyah yang sedang duduk menunggu di ruang ganti akhirnya bisa bernapas lega setelah mendengar pengucapan ijab qobul Andri yang sukses, ia bisa sedikit tenang walaupun acara yang lain masih ada.

"Sekarang mempelai pria, tolong jemput istrinya." seru sang penghulu sedikit menggoda. Para tamu tidak henti-hentinya menggoda sang mempelai pria. Andri tercengang. Jantungnya berdegup kencang. Ia melirik para tamu yang begitu antusias, seperti harimau yang menemukan mangsanya. Ambri memberikan tepukan punggung kepada anaknya. Andri menjadi lebih tenang setelah disemangati. Perlahan Andri berdiri, tangannya mengepal, ia menghela napas sekali lagi sebelum berjalan ke tempat Aisyah.

Aisyah yang mendengar ucapan sang penghulu tiba-tiba ikut panik keluar dari ruangan ini saja sudah cukup membuat Aisyah malu. Sekarang ia harus dijemput Andri? Ah, Aisyah tidak dapat membayangkan betapa merah wajahnya nanti. Setiap detik yang berganti membuat jantung Aisyah semakin tidak kuat, ia gemetaran. Kenapa acara pernikahan berubah menjadi tempat olahraga jantung. Aisyah tidak mengira beban para pengantin wanita ternyata seperti ini.

Perlahan pintu terbuka, membuat detak jantung Aisyah semakin tidak normal bahkan kejadian di ruang baca tidak membuat jantung Aisyah berdetak ekstrem seperti ini. Andri berdiam di depan pintu. Matanya bertemu dengan mata Aisyah, mereka saling diam, sama-sama tertegun dan dunia seakan milik berdua. Tidak ada tamu, tidak ada suara yang mengganggu, hanya mereka berdua.

Saat acara belanja mereka kebutik, hari itu, jujur didalam hati, Andri memuji kecantikan Aisyah. Bahkan ia tidak menyangkal kenyataan bahwa hatinya bergetar saat itu. Namun, hari ini, Andri hanya dapat terdiam. Ia begitu terpukau hingga tidak dapat memberikan pujian apa-apa. Aisyah memakai riasan ringan, memakai mahkota di atas jilbabnya dan hena di tangannya. Hanya tambahan itu dan Andri dibuat tidak dapat berkata-kata. Saat memakai kebaya putih tanpa dandanan sedikit pun, hati Andri sudah bergelora lalu bagaimana sekarang?

Batukan ringan dari penata rias yang menunggu bersama Aisyah di ruang ganti menghancurkan pandangan kedua pengantin. Aisyah menyembunyikan wajahnya dengan telapak tangan. Ia malu sekali karena kehilangan kendali. Andri pun sama, ia menatap para tamu yang sudah tersenyum menggoda. Pipinya pun berubah merah.

Andri menghampiri Aisyah, mengulurkan tangannya. Cukup lama Andri menunggu hingga akhirnya Aisyah membalas uluran tangan Andri. Tangan mereka saling terikat. Sebuah senyum terlepas di wajah mereka. Terlebih Andri yang akhirnya bisa memegang tangan Aisyah setelah beberapa kali menahan diri.

"Kamu cantik hari ini." Puji Andri sambil berbisik.

Aisyah yang berjalan di samping, menatap Andri. Ia tersenyum lalu berkata, "Benarkah? Benar-benar cantik?" godanya.

"Iya, aku nggak pernah melihat yang seperti kamu," Andri menatap Aisyah lalu berkedip. "Istriku."

Aisyah terdiam, satu tangannya yang bebas berpindah ke dadanya. Uuuh, ada yang nggak beres sama jantungku.

Seusai proses pasang cincin, doa dan lainnya, acara akad nikah Aisyah dan Andri akhirnya selesai. Resepsi pernikahan digelar lebih meriah. Aisyah dan Andri duduk dikursi kehormatan khusus mereka berdua. Pipi mereka berkedut saking lamanya tersenyum. Aisyah berkeringat banyak, selain karena baju kebayanya yang membuat gerah, Aisyah juga tidak berani menghapus keringat dipelipisnya, khawatir make up diwajahnya nanti luntur.

Sedangkan Andri, ia pun tidak kalah lelah dari Aisyah walaupun pipi pria itu tidak kaku karena ia jarang mengeluarkan senyum saat menyambut tamu, tapi Andri memiliki masalah yang lebih besar saat teman kantor dan SMA-nya datang dan mulai bercanda tentang 'hal' yang Andri tidak ingin dengar tapi ia tetap tersenyum walaupun candaan itu sangat menjengkelkan. Andri yang tidak memakai riasan seperti Aisyah dapat tenang untuk mengusap keringat. Ia tampak biasa-biasa saja dalam keadaan ini.

Andri melirik Aisyah, tangan gadis itu berkibas-kibas. Meskipun ruangan sudah diberi pendingin, Andri yakin Aisyah sekarang sangat tidak nyaman. Terlihat jelas dengan gerak-gerik Aisyah.

"Aisyah," Panggil Andri pelan sambil mengeluarkan sapu tangan. "Mendekat sini."

Aisyah heran namun ia tetap menurut. Andri tiba-tiba menyesali perbuatannya. Bertatap muka dengan jarak pendek seperti ini membuat Andri menjadi tidak tenang. Hembusan napas, kedipan mata, serta keringat yang menetes di pelipis Aisyah, semua hal sepele itu menggangu ketenangan Andri.

Perlahan Andri mengusap peluh di kening Aisyah, berganti di pelipis lalu turun diantara hidung dan bibir Aisyah. Andri meneguk ludahnya susah. Tangannya berhenti mengusap saat berada di bibir Aisyah, ia memandangi bibir merah Aisyah dan jakun Andri tidak dapat berhenti bergerak. Mata mereka saling bertaut lagi, pipi Aisyah memerah. Ia bingung dengan perlakuan yang Andri berikan namun setiap sentuhan yang diberikan diwajahnya benar-benar hangat. Ia tidak dapat berbohong bahwa dirinya menikmati setiap sentuhan itu.

Suara batuk di dekat telinga Andri mengagetkan keduanya. "Astagfirullah." Seru Andri kaget. Aisyah kembali ke posisi normalnya, ia mengalihkan perhatian. Aisyah tidak terlalu kaget seperti Andri karena ia sudah melihat ada yang berdiri di samping Andri sebelumnya namun tetap saja ia malu.

Sinta tersenyum. Bahagia melihat interaksi anak dan menantunya. "Tahan dulu ya. Masih banyak tamu yang melihat soalnya." Godanya sambil tertawa. Ia mengusap kepala Andri sayang.

"Ma... maksud bunda apa?" Andri gelagapan. "Andri cuma bantu Aisyah kok."

Aisyah mengangguk.

Sinta melambaikan tangannya acuh. "Iya, iya, bunda paham." Seru Sinta dan kembali ke kursi untuk kembali menyambut tamu. Ia mengedipkan matanya ke Aisyah dan tertawa sekali lagi setelah melihat pipi Aisyah yang merah. Duh, anak dan menantu yang begitu polos.

Andri berdeham. Ia kembali normal setelah mendapatkan serangan kejutan. Ia menatap Aisyah lagi, "Mau makan? Minum? Pasti gerah pakai baju kayak gitu, ya?" Tanya Andri mencairkan suasana.

Aisyah tertawa. Ia kemudian menggeleng. "Udah makan tadi, minum juga sudah diambilkan Bunda Yeti," Aisyah terdiam sebentar lalu kembali menjawab pertanyaan terakhir. "Lumayan gerah, tapi nggak apa-apa, aku senang memakainya karena ini untuk acara kita."

Andri membolakkan matanya. Tunggu. Ia tidak salah dengarkan? Acara kita? Kita? Aaah, Andri bahagia. Iya, ini acara mereka. Acara pernikahan yang akan menjadi awal dari sebuah kisah. Kisah mereka berdua.

13 Mei 2019

///

Oke, sebelumnya aku minta maaf, karena seharusnya aku update kemarin sesuai jadwal. Tapi, jadwal kegiatan ku penuh banget jadi baru sempat update sekarang. Maaf, maaf.

Jangan lupa untuk mampir ke Watashi Wa Anata O Mamorimasu juga ya, hari ini update!!!

Ini nih covernya..


Red

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Red

Cintamu Surgaku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang