2.6

2.5K 171 23
                                    

Aisyah terbangun karena gerakan seseorang. Ia membuka matanya dan bertemu dengan Andri yang sedang membuka baju.

"Maaf, aku membangunkanmu, ya."

Andri mencium kening Aisyah. Meskipun tubuh Andri kali ini sangat bau dan berkeringat, Aisyah tidak mengusir seperti biasanya. Aisyah melingkarkan tangannya di pinggang Andri. Ia merindukan kehadiran suaminya. Andri mengelus rambut Aisyah, ia tidak tega memberitahukan hal ini jadi ia biarkan Aisyah memeluknya sebentar.

Aisyah melepaskan pelukannya, ia menatap Andri yang terlihat sangat kelelahan. "Apa masalahnya sudah selesai, kak?"

Andri enggan menjawab, ia tersenyum pada Aisyah, "Belum tapi kamu nggak perlu khawatir, sayang. Suami kamu cerdas, aku pasti menyelesaikan masalah ini secepatnya."

"Mas, nggak istirahat?" Andri memilah berkas-berkas yang ia perlukan dan memasukannya kedalam tas.

Andri mengambil handuk, "Mas sepertinya harus tidur di perusahaan untuk beberapa hari, sayang. Akan melelahkan jika harus bolak-balik ke rumah. Kamu Mas antar ke rumah Bunda, ya? Bunda juga sendirian karena ayah juga ikut menginap."

Aisyah sedih. "Aisyah disini saja, Mas. Jadi, kalau Mas perlu sesuatu di rumah. Aisyah bisa mengantarkannya ke kantor."

"Kamu nggak takut sendirian?"

Aisyah menggeleng kuat. Ia tersenyum pada Andri. Meyakinkan kalau ia berani. "Aisyah akan mampir ke rumah Bunda besok."

"Baiklah. Jangan terlalu lelah."

Aisyah mengangguk. Ia mengambil koper Andri dan memasukan beberapa potong baju dan perlengkapan lainnya. Sementara Andri memilih untuk mandi. Aisyah memasukan baju Andri dengan perasaan gusar. Rasanya sakit karena harus ditinggal Andri meskipun jarak kantor dan rumah bisa ditempuh hanya dengan mobil. Hanya saja, Aisyah tidak mau merepotkan Andri bahkan di kantor. Itu artinya, ia tidak bisa bertemu dengan Andri sampai suaminya itu kembali.

Andri keluar dari kamar mandi dan mendapati Aisyah yang berlinang air mata. Ia mengusap pipi Aisyah yang basah. Andri menarik Aisyah kedalam pelukannya. Aroma sabun langsung menyerang indra penciuman Aisyah.

"Ada apa, sayang?"

"Aku nggak mau pisah sama Mas." Tangis Aisyah semakin gencar.

Andri mengusap punggung istrinya itu pelan, "Mas janji akan segera menyelesaikan masalah di kantor dan kembali ke rumah secepatnya."

Aisyah menatap Andri dengan matanya yang sudah memerah. "Janji?"

"Janji." Andri berkata yakin.

Aisyah melepaskan diri dari pelukan Andri. Ia menyerahkan pakaian pada Andri, "Kalau begitu Mas harus pergi sekarang supaya bisa segera pulang."

Andri tertawa mendengarnya. Ia mengiyakan saja kata-kata Aisyah. Membiarkan istrinya itu tenang meskipun Andri tahu masalah perusahaan kali ini tidak bisa diselesaikan semudah itu. Setidaknya, Andri tidak mau kehilangan senyum istrinya.

Kepergian Andri tidak membuat banyak perubahan pada kegiatan Aisyah. Ia tetap kembali ke rutinitasnya seperti biasa. Membersihkan rumah, menulis, dan menjenguk Sinta yang juga sendirian di rumah. Sinta berulang kali meminta Aisyah untuk menemaninya namun Aisyah berulang kali menolaknya dengan alasan yang sama yang ia berikan pada Andri.

Satu lagi rutinitas Aisyah, ia akan mampir ke perpustakaan dan mulai belajar masalah-masalah manajemen. Sebelum lupa ingatan, manajemen adalah jurusan Aisyah. Jika saja ia tidak kehilangan ingatan saat ini Aisyah pasti bisa memberikan Andri saran yang bermanfaat. Demi Andri, Aisyah rela belajar kembali masalah manajemen yang ia lupakan.

Cintamu Surgaku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang