2.3

3.1K 174 12
                                    

Aisyah benar-benar tidak mengerti dengan perkelahian kemarin. Tiba-tiba saja ia diminta untuk menjauhi Juna tanpa alasan yang jelas. Aisyah enggan untuk melakukannya hanya saja daripada memicu perkelahian dengan suaminya, Aisyah akan mencoba untuk menjauhi si tetangga baru itu.

Dikesempatan yang ada, Aisyah akan bertanya pada Andri. Respon Andri sama sekali tidak memberikan jawaban, Andri hanya akan tersenyum sembari berkata 'Nggak papa. Jangan dipikirkan'. Aisyah menghela napas, bagaimana jika perkelahian itu terjadi karena sebuah kesalahpahaman. Mungkin Aisyah bisa membantu meluruskannya. Lagipula, ia tidak mau bertengkar dengan tetangga barunya terlalu lama.

Ponsel Aisyah bergetar. Panggilan dari Sinta, "Assalamualaikum, Bunda." Jawabnya. Aisyah mendengarkan namun jari-jarinya bergerak untuk mengetik cerita. Kegiatan sehari-hari yang sudah menjadi rutinitasnya di rumah.

"Wa'alaikumsalam, Syah. Kamu ada di rumah 'kan?"

Aisyah mengangguk meskipun tidak terlihat. "Iya, bunda. Ada apa?"

"Bunda sebentar lagi sampai di rumah kamu. Kita mau pergi belanja, bersiap-siaplah."

Aisyah terkejut. Gerakan mengetik gadis itu terhenti. Kenapa mertuanya suka sekali punya acara dadakan seperti ini. Aisyah melihat dirinya sendiri yang hanya mengenakan daster dengan rambut diikat sembarangan. Wajahnya sangat polos. Ia sama sekali belum siap.

"Bunda tunggu ya. Jangan menolak." Tambah Sinta lagi.

Aisyah mendesah, namun ia tetap mengiyakan perkataan Sinta. "Baiklah, bunda. Aisyah akan segera bersiap."

Lalu Aisyah mematikan laptopnya terlebih dahulu. Padahal ia masih ingin menulis karena sedang mendapatkan banyak inspirasi. Moodnya juga sedang bagus. Namun rencana itu terpaksa dibatalkan karena tidak bisa menolak acara dadakan Sinta yang mengajaknya untuk berbelanja. Dengan langkah pelan, Aisyah segera ke kamarnya untuk bersiap-siap.

Sepuluh menit kemudian. Aisyah mendapati Sinta yang sudah duduk di ruang tengah. "Maaf, Bunda. Apa bunda sudah menunggu lama?"

Sinta tersenyum, "Nggak kok. Bunda baru saja datang."

Sinta mengamati Aisyah dari atas ke bawah. Menantunya itu tampak cantik dengan baju gamis berwarna putih dengan motif bunga dan jilbab terusan berwarna lavender. "MasyaAllah, kamu cantik, Syah." Puji Sinta tulus.

Aisyah tersenyum, "MasyaAllah, terima kasih, bunda."

"Ayo kita segera berbelanja. Banyak yang mau Bunda belikan untuk kamu."

Tanpa banyak kata, mereka berdua langsung berjalan-jalan mengelilingi setiap butik dan toko baju yang mereka lihat. Menjadi menantu orang kaya itu tidaklah mudah, apalagi jika kamu bukan orang yang suka berbelanja atau pun jalan-jalan. Hal itu akan menjadi hal paling membosankan yang harus kamu lewati. Seperti sekarang ini, demi menjaga perasaan mertuanya Aisyah tidak terlalu memprotes ketidaksukaan dirinya. Ia pun tidak bisa menunjukkan bahwa dirinya lelah. Aisyah hanya diam mengikuti setiap langkah dan keinginan Sinta.

"Kamu coba yang ini," Sinta mengambil satu potong baju. Lalu mengambil lagi, "Coba ini juga." Aisyah menerima baju yang Sinta berikan dan mencobanya.

"Hm, kurang bagus. Kamu coba yang ini lagi," komentar Sinta, lalu memberikan Aisyah potongan baju yang lain.

Aisyah mendesah. Ia lelah gonta-ganti pakaian. Sudah ada 20 potongan baju yang ia coba dan Aisyah masih harus mencoba yang lain. Jangan lupakan, toko sepatu dan tas yang juga dikunjungi Sinta. Aisyah ingin berbaring dan menulis saja jika seperti ini. Mereka berjalan dari siang sampai malam. Aisyah tidak habis pikir dengan tenaga yang dimiliki oleh Sinta. Berapa banyak tenaganya yang masih tersimpan. Aisyah tidak tahu lagi harus berbuat apa. Aisyah melihat arlojinya, sudah satu jam sejak jam pulang kerja Andri terlewati.

Cintamu Surgaku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang