2.15

2.8K 184 15
                                    

Siang ini terasa sangat panas. Aisyah mengibas-ngibaskan tangannya. Ia mengelap peluh yang menempel dikening. Aisyah memakai kacamata hitamnya dan berjalan untuk membeli kopi di café sebrang jalan. Juna sedang mengadakan pertemuan dan Aisyah diperintahkan untuk membeli kopi. Aisyah menghela napas. Ini pekerjaannya.

Setahun Aisyah berada didekat Juna. Selama itu, ia belajar banyak dari Juna dengan menjadi sekretaris pria itu. Aisyah mendapatkan banyak pengalaman. Ia bisa berbicara bahasa Inggris dan beberapa bahasa Korea karena Juna memberinya kelas untuk belajar. Aisyah juga menguasai bahasa Jepang karena Angga mengajarinya saat Aisyah masih tinggal di Tokyo, Juna hanya membantu mengajari Aisyah untuk memperlancar pengucapan serta penulisannya. Aisyah tidak seperti Aisyah yang kuno, bodoh dan polos seperti dulu. Ia sekarang bekerja. Bahkan, Aisyah sudah terbiasa mengenakan heels yang biasanya ia tolak dari mertuanya.

"Satu americano dan satu latte."

"Baik, silahkan tunggu."

"Assalamualaikum," Andri berdiri disebelah Aisyah dengan senyum yang sangat cerah. "Kita bertemu lagi, sayang."

Aisyah membalas salam Andri sejenak. Ia mengambil pesanannya dan pergi. Mengabaikan Andri yang mengikutinya. Aisyah berjalan lebih cepat hingga ia hampir menjatuhkan kopi yang ia pegang. Andri bantu menahannya.

"Hati-hati." Andri mengambil alih kedua kopi itu menggantikan Aisyah.

Aisyah mundur beberapa langkah. Ia menyembunyikan tangannya yang tersentuh kulit Andri. Pipi Aisyah sedikit merona, Andri tersenyum.

"Untuk apa kamu malu? Kita suami-istri, ingat?"

Aisyah mendengus, "Itu setahun yang lalu."

Andri menggeleng, "Nggak, kita masih sepasang suami istri hingga sekarang."

"Kita sudah berpisah selama setahun,"

"Dan aku masih menunggumu untuk kembali." Andri berkata serius. Senyumnya sedikit pudar.

Aisyah merebut kopi ditangan Andri. Ia berlalu pergi. Andri tidak mengikutinya. Perlahan. Ini harus dilakukan secara perlahan.

Aisyah meletakkan kopi didepan meja kerja Juna dengan sedikit hentakan. Bibirnya cemberut. Juna menghela napas, "Biar aku tebak... kamu ketemu Andri?"

Kedua tangan Aisyah diletakkan didepan dada, "Kenapa kantor kakak harus ada dijalan yang sama dengan kantor Mas Andri."

Juna meminum kopinya tenang, lebih baik tidak melawan Aisyah sekarang.

"Syah, bagaimana dengan tema pernikahan outdoor? Bukankah itu bagus?"

"Terserah."

Juna tersenyum, "Jangan marah lalu menangis setiap ketemu Andri."

"Mm,"

"Seminggu lagi akan diadakan pernikahan, selesaikan masalahmu dengan Andri secepatnya. Aku nggak mau ada pertengkaran di pernikahan nanti."

"Iya, iya."

Andri melirik arlojinya. Sudah hampir magrib dan Aisyah masih belum keluar kantor. Andri menunggu dengan sabar di lobi. Aisyah keluar dari lift. Ia melihat Andri yang segera berjalan kearahnya setelah melihat sosok Aisyah.

"Kamu akhirnya pulang juga." Andri tersenyum. "Mas menunggumu untuk pulang bersama."

Aisyah berwajah datar. "Nggak perlu. Aisyah bisa pulang sendiri."

Suara adzan magrib berkumandang, "Mau salat dulu sebelum pulang?"

Aisyah menggeleng, "Lagi datang bulan."

"Oh," Andri menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Tunggu Mas disini. Mas akan mengantarmu pulang setelah salat."

Andri segera berlari ke masjid untuk menuaikan salat magrib berjamaah. Saat ia kembali, tidak ada Aisyah yang menunggunya. Pintu kantor juga sudah ditutup. Andri menghela napas. Jangan menyerah Andri. Masih ada lain kali.

"Nggak mau pulang?" Aisyah kembali dari café dengan membawa dua gelas kopi. Ia memberikannya satu pada Andri.

Andri menatap kopi ditangannya. Hangat. "Mas kira kamu sudah pulang?" Andri menatap Aisyah.

"Mas mau ngantar atau nggak?" Aisyah cemberut. "Aisyah bisa naik taksi kalau nggak mau."

Andri menggeleng, bibirnya naik beberapa tingkat. "Mas akan mengantarmu."

Aisyah masuk kedalam mobil. Ia mengalihkan pandangannya dari Andri dengan menatap pemandangan diluar. Bisa bayangkan bagaimana perasaan Andri saat ini? Ia bahagia. Sangat bahagia. Rasanya ia ingin membawa Aisyah kedekapannya, tapi Aisyah pasti akan semakin menghindar dari Andri jika ia melakukan itu. Andri menahan diri dengan hanya mengantarkan Aisyah pulang ke apartemennya. Ia berharap bisa satu rumah lagi bersama Aisyah.

"Mas akan menjemputmu besok."

Aisyah menggeleng, "Nggak perlu. Kak Juna ada urusan diluar kantor jadi Aisyah akan menemaninya."

Andri menahan gejolak didadanya, "Kemana?"

"Mengurus beberapa hal."

"Oh," Andri memperbaiki posisi duduknya hingga berhadapan dengan Aisyah. "Bisa Mas minta tolong agar kamu menjaga jarak dengan Juna, sayang?"

Aisyah menggeleng, "Kak Juna bosku. Aisyah nggak mau berhenti."

Andri memaksakan senyumnya. "Baiklah."

Aisyah turun dari mobil dan pamit pada Andri. Sabar Andri. Meskipun Juna sangat menyebalkan dan pikirannya sedikit tidak waras, ia yang membantu Aisyah selama setahun ini. Sekalipun itu seharusnya tidak perlu jika ia tidak mengganggu pernikahanmu dengan Aisyah. Sabar. Sabar.

Aisyah melepaskan jilbabnya dan berbaring diranjang. Ia menatap lampu-lampu dengan perasaan tidak jelas. Aisyah memegangi dadanya sendiri. Ia menghela napas.

"Apa aku masih bisa menghindarimu, Mas Andri?"

Aisyah memejamkan matanya. Rasanya sangat lelah menghadapi kembali kenangan yang ingin dilupakan.

"Aku ingin kehilangan ingatan saat bersamamu tapi itu nggak terjadi." Air mata Aisyah mengalir. "Aku masih nggak kuat bahkan setelah setahun berpisah."

Aku ingin melupakanmu.

20 April 2020

.

Tinggal 3 chapter lagi :)

.

Red

Cintamu Surgaku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang