17

5.1K 334 20
                                    

Andri mengusap kepalanya pusing, bekerja selama seminggu tanpa henti benar-benar melelahkan. Syukurlah, pekerjaan yang sulit sudah selesai ditangani dan Andri tinggal mengecek ulang berkas pekerjaannya. Seseorang mengetuk pintu ruangan Andri.

"Masuklah." Kata Andri tanpa melepaskan pandangannya dari kertas.

Beberapa jam sebelumnya.

Ambri menelpon Aisyah, gadis itu mengangkatnya setelah beberapa detik.

"Assalamualaikum, kenapa, Yah?" tanya Aisyah yang baru saja selesai mandi sehabis tidur sore yang cukup panjang.

"Wa'alaikumsalam. Aisyah bisa tolong cek keadaan Andri dikantor. Ayah khawatir Andri sibuk bekerja hingga lupa makan." seru Ambri khawatir.

Ambri juga ikut liburan ke Bali namun berangkatnya dua hari setelah Sinta, jadi Ambri yang biasanya mengecek keadaan anaknya di kantor terpaksa meminta Aisyah hari ini karena dirinya sudah berada di Bali.

"Baik Ayah, aku akan pergi sehabis magrib."

"Baiklah. Terima kasih, Aisyah." tutup Ambri.

Selesai salat magrib dan mempersiapkan makanan, Aisyah langsung menuju ke tempat kerja Andri. Namun apa yang dilihatnya sekarang, sungguh tak bisa dibayangkan. Andri yang biasanya rapi dirumah, kini benar-benar kacau. Dasinya sudah dilempar dilantai, matanya tampak sayu, bahkan bajunya pun sudah tampak kusut. Rambutnya pun sudah tak berbentuk.

Aisyah mendekat kearah Andri, suaminya itu masih belum menyadari keberadaannya. Perlahan tangan Aisyah menyentuh dahi Andri, membuat Andri berhenti berkutik dengan berkas-berkasnya.

"Aisyah?"

Aisyah tampak tidak senang, "Kakak demam," serunya. "Kenapa nggak istirahat?"

"Istirahatnya nanti, kalau sudah selesai." balas Andri kembali bekerja.

Andri jelas tidak menduga kedatangan Aisyah, tapi melihatnya disini membuat hati Andri senang. Setelah seminggu tidak bertemu akhirnya ia melihat Aisyah lagi.

"Kakak sudah makan?" Andri menggeleng, "Lagi nggak naf-." Perut Aisyah tiba-tiba berbunyi.

Aisyah tersenyum, "Kita makan, ya? Aku nggak suka makan sendiri." pintanya.

Andri diam, ia ingin menolak tapi Aisyah masih menunggu jawabannnya walaupun perutnya sudah demo berkali-kali.

Andri menjadi tak tega, ia menghela napas. "Baiklah," katanya menutup berkas yang baru saja mau ditanganinya.

Aisyah segera menyiapkan makanan dimeja dan ia memilih duduk di lantai daripada di sofa, Andri mengikuti Aisyah duduk dilantai. Andri memasukan makanan kedalam mulutnya.

"Enak?" tanya Aisyah meminta pendapat Andri. Andri mengangguk "Baguslah." Senang Aisyah.

Setelah itu tidak ada lagi percakapan yang terjadi, mereka sibuk dengan makanan masing-masing. Kira-kira setengah jam kemudian, semua betterware yang Aisyah bawa sebelumnya sudah kosong tidak bersisa. Andri makan dengan lahap, Aisyah senang akan itu.

"Kamu habis ini pulang?" tanya Andri sambil membantu Aisyah membereskan. Aisyah mengangguk. "Udah malam, sama siapa pulangnya?" tambah Andri.

Aisyah menatap Andri, "Sama kakak. Eh, tapi Aisyah bawa motor kesini, kalo Aisyah ikut kakak, motornya taruh mana?" ujarnya jadi bingung sendiri.

Andri menghela napas, "Motornya taruh saja di parkiran kantor nanti," usulnya yang langsung diterima. "Tapi, aku masih ada beberapa berkas yang mesti diurus. Nggak papa kalo pulangnya kemalaman?"

Cintamu Surgaku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang