23

4.3K 271 25
                                    

Andri membuka matanya. Dan hal pertama yang ia lihat adalah Aisyah. Andri mengulurkan tangannya, merapikan helai rambut yang menempel di pelipis Aisyah. Andri tersenyum, ia bahagia karena akhirnya mereka bisa menjadi pasangan suami istri yang sempurna. Aisyah menggerakan tubuhnya sedikit, matanya terbuka bertemu dengan pandangan Andri dan semburat merah muncul di pipinya saat ingatan semalam kembali lagi.

Aisyah menarik selimut. Menutupi wajahnya yang memanas. Andri terkikik geli. Ia menarik Aisyah kedalam pelukannya. "Pagi, sayang." Ujarnya sembari memberikan kecupan selamat pagi.

"Hmm," Aisyah malu. Ia hanya bergumam dan menempelkan wajahnya di dada Andri.

Andri menatap keluar jendela. Air sedikit menempel dikaca. "Sepertinya hujan. Kamu ada kuliah hari ini?"

"Nggak, hari ini kosong." balas Aisyah. Suaranya masih sedikit serak. "Mas, mau makan apa hari ini? Biar Aisyah masakan."

"Mas suka setiap hal yang kamu buat."

Aisyah memukul pelan dada Andri, "Mas, seriusan."

"Serius, dek."

Aisyah melepaskan diri dari pelukan Andri, ia mengambil selimut untuk menutupi dirinya. "Oke, kalau gitu Aisyah mau siap-siap dulu." Katanya sembari berdiri dan pergi ke kamar mandi.

"Dek, Mas masih mau dipeluk." Teriak Andri cemberut. Aisyah hanya tertawa mendengarnya.

Selesai membersihkan diri, Aisyah melihat kedalam kulkas. Tidak banyak bahan yang tersedia. Jadi, Aisyah memutuskan untuk membeli beberapa bahan. Andri keluar dari kamar dengan rambut yang basah. Melihat Aisyah yang sudah siap untuk keluar, Andri tidak dapat tidak bertanya.

"Mau kemana, dek? Hujan gini."

"Ke pasar sebentar."

"Mas antar ya?" kata Andri sembari bersiap mau mengambil kunci mobil.

Aisyah melambaikan tangannya, "Nggak usah, Mas. Dekat kok. Aisyah pakai payung saja."

"Hm," Andri lalu mengambil payung ditangan Aisyah. "Kalau gitu Mas ikut."

Aisyah tersenyum. Ia tidak menolak kali ini. Andri memegang bahu Aisyah untuk semakin mendekat agar tidak terkena hujan. Mereka sangat intim dibawah air hujan. Bukankah ini seperti kencan? Sangat romantis. Pipi Aisyah tidak bisa berhenti memerah. Degup jantungnya pun tidak mau tenang. Dibandingkan Aisyah, Andri jauh terlihat tenang. Meskipun, degup jantungnya pun sama seperti Aisyah.

Selain pasangan itu, ada satu orang lagi yang merasakan degup jantung yang sama. Dibawah air hujan tanpa perlindungan. Amber berdiri, menatap setiap interaksi antara Andri dan Aisyah dari awal. Tangannya mengepal kuat. Rambut dan bajunya sudah sangat basah, kulitnya pucat. Entah sudah berapa lama ia berdiri dibawah hujan.

Amber menggigit bibirnya. Lalu ia memegang perutnya. Pandangan yang ia tujukan pada Aisyah sangat tajam. Ia seperti ingin menghancurkan Aisyah sekarang juga. Namun, Amber menahannya. Sekarang belum waktunya. Biarkan saja Aisyah bersenang-senang dengan Andri, akan tiba waktunya gadis itu menghilang dan Andri akan bersamanya.

Ia hanya perlu menunggu.

"Jadi, Mas mau beli apel atau pir?" tanya Aisyah. Andri terdiam, ia bingung ingin membeli apa.

Bibi penjual tersenyum. "Kalian pasangan yang sangat serasi. Kenapa tidak membeli keduanya saja." puji Bibi itu.

Mendengar pujian itu, Andri tersenyum dan memutuskan untuk membeli keduanya. Aisyah memelototi suaminya itu. Ia berbisik pelan ditelinga Andri saat mereka berjalan ke toko lain.

"Kenapa Mas mudah sekali ditipu. Itu hanya taktik penjual."

Andri mengambil kertas belanja yang Aisyah pegang lalu mengambil tangannya untuk digenggam. "Aku senang mendengarnya."

Aisyah mencubit pelan tangan suaminya. "Apa Mas akan membeli setiap barang yang dijual selama penjual itu memuji kita."

Andri terkekeh, "Iya."

Aisyah memutar matanya. Namun, bibirnya naik sedikit. Ia bahagia karena hubungan mereka semakin harmonis. Andri lalu menunjuk ke salah satu toko dan mereka melangkah kesana.

Hari berganti minggu. Minggu berganti bulan. Sejak hubungan keduanya menjadi lebih dekat, setiap Aisyah pulang kampus Andri akan disana untuk menjemputnya. Aisyah juga tidak pernah melihat Amber di kampus. Jadi, hari-hari yang ia lewati sangat tenang. Angga juga sudah kembali dari cutinya. Ia sering menghubungi Aisyah meskipun jadwalnya padat.

"Assalamualaikum, Mas." Buka Aisyah.

"Wa'alaikumsalam, Dek. Mas, minta maaf. Hari ini, Mas nggak bisa jemput kamu." Sesal Andri.

Aisyah sedikit kecewa namun ia bisa memahaminya. "Nggak papa, Mas. Mas, pasti sibuk juga."

Andri tersenyum, "Mas janji sehabis pulang kerja nanti kita akan kencan."

"Janji?" seru Aisyah semangat.

"Iya, tapi kamu jangan sedih lagi. Bahkan Mas bisa mengetahuinya tanpa melihatmu."

Aisyah mengangguk, "Baik. Baik." Setuju Aisyah.

"Dek, rapatnya mau dimulai. Mas tutup dulu ya."

Aisyah tersenyum setelah panggilan ditutup. Ia lalu berjalan ke pemberhentian taksi. Melirik kanan dan kiri. Sebuah mobil merah berhenti dihadapan Aisyah. Alis Aisyah terangkat, ia tidak mengenal pemilik mobil ini.

Seorang gadis turun dari mobil. Aisyah awalnya tidak mengenali Amber karena gadis itu sedikit berubah. Perutnya tidak sedatar saat Aisyah melihanya terakhir kali. Amber berdiri didepan Aisyah lalu tersenyum, ia sengaja memegang perutnya untuk menunjukkan pada Aisyah.

"Lama nggak ketemu." Kata Amber, ia melirik Aisyah dari atas ke bawah dan berhenti di perut gadis itu. "Sepertinya kamu masih belum hamil. Apa hubunganmu dengan Kak Andri semakin memburuk."

Aisyah menggepalkan tangannya. Ia mengingatkan dirinya sendiri untuk sabar. Meskipun gadis didepannya ini menyebalkan, ia masih seorangg ibu hamil. Aisyah mengabaikan Amber, ia masih menunggu taksi berhenti.

Amber mengeluarkan sebuah surat dan memberikannya pada Aisyah. "Kamu dan Kak Andri itu nggak cocok. Kak Andri pasti buta saat memilihmu. Jadi, sebagai istri masa depannya Kak Andri aku membuatkanmu surat cerai. Kamu cukup menandantanganinya." Seru Amber tersenyum.

Wajah Aisyah memerah. Ia mengambil surat itu dan merobek-robeknya. "Apa kamu masih punya sedikit kewarasan? Berhenti mengganggu rumah tanggaku dengan Mas Andri."

"Apa kamu bilang!!!" Amber berteriak. "Kamu yang harusnya berhenti mengganggu kami. Aku dan Kak Andri itu sudah memiliki buah hati. Kamu yang harusnya pergi!"

Aisyah mendengus. Buah hati. Buah hati. Entah mengapa Aisyah menjadi jengkel karena Amber membahas itu terus-menerus. "Mas Andri bahkan tidak pernah menyentuh wanita lain selain aku. Kamu yakin itu anak Mas Andri dan bukan delusimu saja!"

Amber menampar pipi Aisyah. Meninggalkan jejak merah disana. Aisyah tidak terima dirinya ditampar begitu saja, jadi ia membalas kembali tamparan yang ia dapat. Amber terdiam, matanya semakin menggelap. Tanpa sadar tangan Amber maju untuk mendorong Aisyah. Aisyah oleng dan ia terjatuh tepat didepan mobil yang sedang melaju. Badannya terhempas keras. Jejak merah mulai membasahi aspal.

Orang-orang disekitar mulai berkumpul, mereka menelpon ambulans segera. Amber terjatuh. Ia memandang Aisyah yang terbaring tidak sadarkan diri dan sebuah tawa keluar dari mulutnya. Akhirnya. Akhirnya. Andri akan menjadi miliknya setelah ini. Tawa Amber kian keras. Orang-orang disekitar sedikit menjauh dari Amber, mereka juga menelpon polisi karena kejadian ini.

19 Maret 2020

///

Cinta itu tidaklah mudah^.-

.

Red

Cintamu Surgaku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang