EXTRA PART

5.7K 281 17
                                    

Hubungan keduanya semakin hari semakin membaik. Walaupun ingatan yang lalu tidak pernah kembali namun hari demi hari kian menggantikan kenangan yang sudah pergi. Aisyah kembali menjalani harinya seperti biasa. Ia mencoba berperilaku seperti Aisyah yang dulu, namun hasilnya sedikit berbeda. Aisyah tidak dapat berbuat banyak untuk itu.

Perubahan yang paling fatal adalah Aisyah kembali tidak bisa memasak. Ingatannya kembali ke umur 12 tahun, saat itu Aisyah masih tidak bisa memasak apa-apa. Ia butuh 10 tahun untuk pandai memasak seperti 'Aisyah'. Sinta mengajari Aisyah dengan sabar, langkah demi langkah hingga akhirnya gadis itu menyerah. Ia memutuskan untuk beristirahat di perpustakaan keluarga.

Walaupun setiap berlatih memasak dengan Sinta, Aisyah selalu menyempatkan waktu untuk mampir ke perpustakaan ini yang artinya ia sering melihat buku-buku disini tapi Aisyah tidak pernah berhenti kagum dengan koleksi buku-buku yang disimpan oleh mertuanya. Masih sangat luar biasa setiap Aisyah datang.

Aisyah mengambil buku yang ingin ia baca lalu duduk di lantai, bersandar pada buku-buku yang lain. Mata Aisyah terlalu fokus pada buku yang ia baca, hingga lama kelamaan matanya menjadi berat. Apalagi seharian ini ia berlatih memasak yang sangat menguras tenaga.

"Aisyah dimana, bun?" tanya Andri sembari melonggarkan dasinya.

Sinta mengganti channel TV, "Di perpustakaan," ujar Sinta singkat.

Andri segera menuju ke perpustakaan dan matanya menangkap pemandangan yang tidak asing. Ia mengingat kembali saat dirinya tertidur dipundak Aisyah, padahal saat itu mereka belum menikah dan harusnya menjaga jarak. Tapi, demi tidak menggangu dirinya Aisyah bahkan tidak membangunkan Andri. Andri mengambil duduk disamping Aisyah, menidurkan kepala Aisyah kebahunya. Gadis itu sedikit menyatukan alisnya namun kembali rileks saat merasakan sandaran kepala. Andri mengambil buku acak untuk menghabiskan waktu sembari menunggu Aisyah terbangun.

Hembusan napas Aisyah teratur, ia tampaknya sangat kelelahan hingga tertidur lelap seperti ini. "Kamu tahu, Syah. Aku senang karena kamu benar-benar ada disisiku sekarang. Saat kamu lupa ingatan, aku hampir putus asa, aku hampir memilih untuk merelakanmu pergi. Hadiah buku yang aku kirimkan itu sebenarnya adalah hadiah terakhir untukmu jika kamu masih nggak mau bersamaku. Aku akan pergi dari hidupmu. Aku bersyukur karena kamu kembali meskipun nggak seutuhnya tapi kamu kembali. Aku senang, biarlah kenangan kemarin menjadi kata-kata yang hanya bisa kamu baca, biarkan aku saja yang mengingatnya selama kamu masih ada disisiku." Kata Andri kembali mengenang.

Bahu Andri basah, Aisyah tidak tertidur sempurna. Ia masih setengah sadar sebelumnya. Jadi saat Andri mulai berbicara ia mendengarkan semua perkataan suaminya dan ia tidak bisa tidak menangis. Pasti berat bagi Andri menerima keadaannya saat itu. Syukurlah, Aisyah mengambil keputusan yang tepat dengan kembali pada pelukan Andri.

Aisyah tidak mengatakan apa pun, ia hanya memeluk Andri dalam. Air matanya tidak berhenti mengalir. Andri tersenyum lembut, ia mengusap punggung Aisyah dalam diam. Saat keduanya kembali tenang dan isak tangis Aisyah berhenti barulah keduanya melepaskan pelukan mereka. Andri dan Aisyah saling tatap lalu keduanya tertawa bersama. Ini terasa aneh.

"Mas Andri, ayo kita tukar kado di hari rabu nanti." kata Aisyah tiba-tiba.

Andri tidak mengerti mengapa Aisyah tiba-tiba meminta kado tapi tidak ada salahnya. "Baiklah," setuju Andri. "Apa ada yang kamu mau?"

Pipi Aisyah memerah, "Kakak mau belikan?"

"Iya, selama aku masih sanggup untuk mendapatkannya."

Aisyah berteriak tertahan, ia lalu membisikan sesuatu ke telinga Andri. "Kalau kakak, kakak mau hadiah apa?"

"Hm, entahlah. Nggak ada yang aku inginkan selain kamu," seru Andri.

Aisyah memukul pelan Andri, "Kata-kata kakak sedikit ambigu tahu."

Cintamu Surgaku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang